27 July 2019

Makan Malam di Kedai Makan Satu Satu

Malam itu sebenernya kita enggak ada rencana makan makan di luar, karena sorenya udah nongkrong ngopi diluar, tapi berkat dikompor kompori emak bapak, dan sekaligus merayakan ulang tahun yang udah lewat, akhirnya makan diluar lagi dah.


Lha terus makan makan kemanakah kita malam ini?

Jawabannya adalah "Kedai Makan Satu Satu" , ini adalah rekomendasi dari adikku sih, maklum lah dia yang lebih tahu tentang tempat makan di Purworejo, apalagi dia adminya IG @purworejofoods , heuheuheu.

Lokasi resto ini adalah di Jalan Ir H Juanda, atau biasa juga disebut Jalan Lingkar (ringroad) Utara. Lumayan dekat dari pusat kota, sekitar 2,5 km saja jaraknya bila dihitung dari Alun Alun Purworejo dengan akses jalan yang sudah mulus.



Untuk mencapai kesana, enggak perlu bingung bingung karena di Purworejo sudah banyak taksi baik yang online pakai aplikasi ataupun taksi konvensional yang order nya via telpon. Nah biar gampang, dan mumpung lagi ada promo, aku pakai saja aplikasi Grab untuk pesan kendaraan kesana.

Dengan berada di jalur besar yang biasa dilalui Bus Magelang - Purworejo, tempat makan ini mempunyai area parkir yang luas, cukuplah untuk menampung puluhan mobil.



Malam ini kondisi tempat makan ini lagi lumayan sepi, hanya beberapa orang saja yang sedang makan disini. Sepengelihatanku malam ini sih, ada dua jenis tempat duduk yang bisa dipilih, yaitu lesehan dan meja kursi. Dan seperti biasa, kalau lagi makan bersama emak bapak, pasti kita memilih tempat yang bukan lesehan, heuheuheu.

Menu makanan yang disajikan di Kedai Makan Satu Satu ini selayaknya tempat makan lesehan lain ya, yang pasti utamanya adalah menu Lokal Indonesia, seperti Ayam/Bebek Goreng/bakar/Geprek, Burung Puyuh Bakar, Lele Goreng, Nila Bakar, Gurame Goreng, Nasi/Mie Goreng, Sambal Terong, Mangut Lele dll. Sedangkan untuk minuman ada Teh, Kopi, Es Jeruk, Susu, Jus Buah dan Soda Gembira.




Aku order Nasi Goreng, selain menu aman, makanan ini juga bisa sekalian aku suapin ke si kecil. Dari beberapa jenis varian nasi goreng yang disediakan, aku pesen yang nasi goreng kambing. Aku pesen menu ini karena pastinya jarang aku temuin di Kupang (domisiliku sekarang). Kalau dari segi rasa, nasi gorengnya sih enak enak aja ya, standar. Yang bikin uenaak itu daging kambingnya, empuk gak alot, gak amis tapi di lidah itu kerasa kalau itu daging kambing.

Personel lain ada yang pesen menu bebek, baik itu yang goreng maupun yang geprek. Dari dua jenis menu bebek itu, sebenernya sama saja, yang membedakan cuma sambalnya. Kalau yang goreng, disajikan terpisah sedangkan yang geprek dilumurin di atasnya. Daging bebeknya empuk, tapi masih ada teksturnya, alot alot dikit khas bebek. Ini yang aku suka, karena terkadang ada yang menyajikan menu bebek yang dagingnya bener bener empuk, justru ini yang kurang aku suka.


Overall, tempat ini recommended dah buat makan bareng keluarga besar. Tempatnya luas dan nyaman, dan harganya pun ramah di kantong. Jadi buat kalian yang lagi di Purworejo dan pengen makan makan bareng keluarga atau teman teman rame rame, tempat makan ini bisa jadi salah satu pilihannya. Untuk lokasi tepatnya bisa dilihat di Google Maps di bawah ini


.

21 July 2019

Pantai Sulamanda : Sudah Lama Menanti Anda

Mata Air adalah sebuah nama desa di kecamatan kupang tengah, kabupaten kupang. Nah di desa Mata Air ini ada sebuah pantai bernama Sulamanda yang jalan masuknya berada persis di ujung timur Jembatan Tarus, tidak jauh dari perbatasan Kota Kupang dan Kab Kupang (lihat peta di bawah).


Aku bisa sampai ke pantai ini sebenernya tanpa rencana, waktu itu saat pulang dari jalan jalan ke Gunung Fatuleu rasanya nanggung kalau langsung pulang ke rumah, karena waktunya pas nih buat sekedar leyeh leyeh sunsetan di pantai. Nah dalam perjalanan dari Gunung Fatuleu ke rumah inilah kita mampir ke Pantai Sulamanda.

Dari jalan Timor Raya, kita harus melewati jalan sempit sejauh 1.5 km menuju pantainya, jalur ini bener bener sempit deh, cuma cukup untuk 1 mobil, keadaan bisa kacau bila kita papasan dengan sesama mobil dari arah berlawanan, lha papasan mobil ama motor aja udah ngepas banget. Tapi alhamdulilah pas kita lewat jalur sempit yang membelah sawah ini enggak menemui kendala yang berarti, lancar jaya sampai pantainya.

Sesaat sebelum sampai pantainya, terdapat semacam kolam dari aliran sungai kecil yang dipenuhi warga setempat yang lagi memancing, sepertinya sih banyak ikannya di sini, lha rame cui.


Tulisan besar SULAMANDA menyambut kita saat sampai pantainya, enggak ada tiket masuk atau biaya parkirnya lho, alias gratis. Entah ini memang gratis atau karena lagi beruntung aja enggak ada penjaga nya ya. Heuheuheu.


Sore ini pantai lumayan rame, ada sekitar 4 mobil dan puluhan sepeda motor yang terparkir di sepanjang pantai Sulamanda ini. Dari segi fasilitas, sebenernya pantai ini lumayan lengkap lho, ada toilet umum, tempat duduk, tempat sampah dan warung warungnya. Enggak heran sih kalau pantai ini rame, padahal kalau dilihat dari segi kecantikan pantai, pantai ini biasa aja. Apalagi langit lagi berawan penuh, enggak bisa menikmati sunset, tapi tetep rame lho.


Dengan mengambil spot parkir di bawah pohon, aku ajak si kecil buat main pasir menggunakan mainan mobil mobilan yang memang selalu stand by di dalam mobil. Seneng dia main pasir, udah lama gak main pasir, apalagi setelah kemarin jalan jalan ke Pantai Kolbano yang enggak ada pasir nya. Sedangkan emaknya dan si paling kecil duduk santai di dalam mobil.


FYI, Pantai Sulamanda ini adalah obyek wisata pantai yang baru dibuka untuk umum sejak tahun 2017 lewat pengelolaan Bumdes Desa Mata Air. Nama Sulamanda sendiri adalah kepanjangan dari “Sudah Lama Menanti Anda” yang diberikan oleh Bapak Benyamin Kanuk, Kades Mata Air periode tahun 2017-2023.


Namun sebenarnya perintis awal yang membuka obyek wisata pantai Sulamanda sendiri adalah mantan Kades Mata Air periode 2011-2017, Bapak Obi Klau, namun tidak dilanjutkan pengelolaannya karena berakhir masa jabatannya pada 2017. Saat dirinya menjabat Kades menggantikan Obi Klau, Beny Kanuk melihat bahwa potensi wisata alam wilayah pantai di pantai ini sangat unik, karena memiliki dua obyek sekaligus yaitu persawahan dan pantai.


Sehingga untuk melanjutkan membuka obyek wisata pantai ini dirinya menggali gagasan dari dusun. Dan dari penggalian ide ini disepakatilah beberapa hal, yang pertama adalah mengubah nama jalan masuk lokasi pantai dari nama sebelumnya “Jln.Usaha Tani” diubah menjadi “Jalan Pariwisata”. Kedua adalah mengubah nama pantai sebelumnya Pantai Perawan menjadi Pantai Sulamanda yang memiliki arti “Sudah Lama Menanti (J)Anda.” Dengan menggunakan dana Bumdes maka tahun 2017 dan 2018 dibangunlah fasilitas tahap pertama dengan anggaran Rp.200 juta yaitu 2 lopo, 2 lapak dan 1 prewedding spot serta kolam pemancingan.


Memang mantap dah program Dana Desa dari pemerintah ini, di tangan kepala desa yang tepat, Dana Desa bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kemajuan desa setempat.

Nah setelah puas main main, kita pun bersih bersih dan bilas kaki tangan di air lautnya, lalu lanjut pulang tanpa menunggu matahari terbenam, karena memang enggak kelihatan mataharinya, Heuheuheu.



***

Peta Lokasi Pantai Sulamanda di Desa Mata Air, Kupang

.


15 July 2019

Ngopi Bentar di Kebon Ndalem Jogja


Malam terakhir di Jogja, kita bingung mau makan dimana, padahal di Jogja banyak banget tempat makan, heuheuheu. Saking banyaknya jadi bingung. Tapi untungnya kita ketemuan ama Saudara yang lagi kuliah di Jogja, dan dia pun merekomendasikan untuk makan malam dan nongkrong di Kebon Ndalem Coffee & Eatery.

Enggak banyak info yang bisa kudapatkan dari Instagram mengenai tempat makan ini, karena di awal Juni 2019 ini memang baru aja buka, bahkan di google maps pun belum ada yang buat, dan aku donk yang buatin tuh lokasi di Google Maps. Aku cuma dapet ancer ancer dari Saudaraku, kalau tempat itu lokasinya deket ama tugu pal putih jogja. Ya sudah kita pun langsung meluncur kesana.


Wohooo lokasinya ternyata bener bener deket ama tugu jogja, di pojokan utara barat, untung tadi beloknya bener, kalau salah, bisa muter jauh nih.

Tempatnya sih strategis ya, tapi tempat parkirnya itu lho, kurang banget. Aku sampe harus mindahin kendaraan beberapa kali, yang paling nyesek tuh pas lagi enak enak ngemil di lantai 2, aku dipanggil satpam untuk mindahin kendaraan karena mobil yang parkir di depan mobil kita mau keluar. Dan pas pulangnya, mobil kita pun terhalang oleh mobil lain, jadi pas kita mau keluar, kita harus nunggu satpam buat manggilin pemilik mobil di belakang ini yang notabene lagi makan di dalam. Haha


Awalnya kita duduk di lantai 1, deket ama kasir. Udah lihat lihat buku menu dan pesen makanan. Tapi berhubung kita penasaran ama kondisi lantai 2, akhirnya kita pindah deh, naik ke lantai 2. Dan ternyata di lantai 2, kondisinya lebih ramai, tapi lebih nyaman sih, lebih luas dan lega juga. Biar makin nyaman, kita pilih tempat duduk yang ada sofanya.

Malam itu aku sebenernya udah kecapekan, plus ngantuk, dan masih ada tanggungan sehabis ini harus nyetir dari Jogja ke Purworejo, heuheuheu. Semoga kopi di Kebon Ndalem ini bisa membangkitkan stamina dah.


Di Kebon Ndalem ini aku enggak makan, bener bener enggak makan, cuma niatnya nongkrong sambil ngopi aja, rehat sejenak sambil mengembalikan stamina yang udah terkuras gegara seharian nyetir keliling Jogja dan sekitarnya. Kopinya pun cuma sedikit aku seruput, karena berbagi dengan adikku yang hobi ngopi juga. Kopi yang kita pesen ala ala vietnam drip gitu. Dari segi rasa, standar lah, sama aja kaya di cafe lain. 

Sedangkan untuk rawon nya, aku cuma nyicip kuahnya aja dikit, enak juga sih, mantaaap. Next time kalau aku ke Jogja lagi, mungkin aku akan ke sini lagi nyobain menu makanan yang lain.

Nah sebelum balik ke Purworejo, aku menyempatkan keluar ruangan dulu sebentar, dimana ini masih di lantai 2, yaaa semacam ada balkon nya gitu lho, yang memang digunakan untuk tempat makan juga. Dari spot ini pemandangannya cakep lho langsung disuguhkan keramaian perempatan Tugu Jogja, dengan kerumunan anak anak muda yang lagi foto foto di dekat tugu, cuman semrawutnya kabel Listrik agak mengganggu hasil foto nih


Peta Lokasi Kebon Ndalem Coffee & Eatery (google maps)

8 July 2019

Short Escape : Ecowisata Mangrove Kupang

Biar Sabtu Siang ini gak gabut, aku pun iseng iseng ngajakin si kecil buat motoran berdua, boncengan, yaaa ceritanya lagi nge bolang gitu dah, kaya bapak ibu nya dulu pas masih pacaran, kalau libur, pasti ngebolang.


Tapi karena ini rekan ngebolang ku masih Balita, jadi ya enggak jauh jauh lah ya, cukup yang terjangkau aja dari rumah dan memang lokasi ini udah pengen aku datengin sejak beberapa waktu lalu.

Nama tempat ini adalah Ecowisata Mangrove, alias hutan mangrove yang dikelola secara apik sehingga menjadi salah satu tujuan wisata alternatif di Kota Kupang. Lokasinya berada di Kelurahan Oesapa Barat, Kupang. Jalan masuknya berupa gang kecil yang berada di Jalan Timor Raya, persis di sebelah Supermarket Dutalia. Meskipun kecil, jalan ini muat kok untuk dilalui kendaraan roda 4, dan di lokasi pun sudah disediakan parkir untuk kendaraan roda 4 juga.


Ternyata lokasi ini udah tertata dengan baik ya, selain parkirannya yang oke, di sekitar parkiran ini terdapat toilet, warung, pos jaga dan pos informasi. FYI untuk masuk ke arean hutan mangrove nya, ada biaya sebesar 5 ribu rupiah, ini memang belum jadi tarif tiket resmi, melainkan hanya untuk penggantian biaya perawatan dan honor penjaga.

Di bagian depan area hutan mangrove terdapat tulisan besar "Ecowisata Mangrove", yang tentunya ini jadi spot wajib untuk foto foto sebelum masuk ke area hutan.


Untuk menjelajah hutan mangrove ini kita tidak perlu berbasah basah ria dan kotor oleh lumpur karena sudah dibangun jalan/jembatan kayu sepanjang kira kira 300 meter mengelilingi hutan mangrove ini. 

Jembatan selebar 1 meter ini sangat wokeee buat foto foto, untuk kondisinya sih sekarang ini masih bagus, belum pada rusak termakan usia, yaaa semoga sih tetep terawat terus, kalau misalkan ada kayu yang sudah lapuk, harus segera diganti nih, biar gak membuat tamu jadi terperosok. 




Meskipun lagi siang bolong, suasana di sini adeeeem, selain karena rimbun pepohonan bakau, angin sepoi sepoi juga berhembus dari arah laut, apalagi ditambah kicau suara burung yang entah dimana burungnya (enggak kelihatan), membuat siang ini menjadi semakin syahdu.

Pengelola juga membuat beberapa rumah rumahan / Gazebo di beberapa titik jembatan kayu, yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat. Ada pula 1 menara tinggi yang bisa kita naikin lewat tangganya, nah dari atas ini bisa melihat pemandangan hutan bakau dari atas. Keren deh


Aku pun mengajak si kecil untuk duduk duduk sebentar, istirahat di gazebo yang paling ujung, yang berbatasan langsung dengan laut. Dari sini kita bisa melihat laut lepas dan sesekali perahu nelayan yang lewat.



Setelah sekitar 30 menit nongkrong di spot paling ujung ini, kita pun balik pulang, dengan menyusuri jembatan kayu sisanya yang mengarah ke parkiran. Nah buat kalian yang penasaran juga dengan hutan mangrove ini, monggo, silakan meluncur ke sini, kalau masih bingung ama lokasinya, nih udah kukasih titik lokasinya di google maps :


.

1 July 2019

Inspicoffee : Kedai Kopi di Teras Rumah


Kopi Suroloyo? Kopi ini mungkin sudah terkenal di Jawa, tapi berhubung aku tinggal di Lombok, kopi ini masih terdengar asing, nyicipin aja belum pernah. Aku mengenal kopi ini saat mengunjungi saudara di daerah Wates, Kulonprogo.

Kebun kopi Suroloyo ini berada di sekitar Puncak Suroloyo, Pegunungan Menoreh, Kulonprogo. Infonya sih, dulu warga di daerah ini membudidayakan teh, banyak kebun teh di sini, tapi karena kurang berhasil, akhirnya coba coba beralih ke kopi, eh ternyata respon nya lebih bagus dari Teh.

Nah Saudaraku tadi itu (sebut saja om Fajar), kebetulan lagi iseng coba coba buka kedai kopi nih, uniknya bukan di ruko ruko pusat keramaian, melainkan di halaman rumahnya sendiri, di daerah Bendungan, Wates, Kulonprogo, yang jauh dari hiruk pikuk kota besar.


Ceritanya sih, enggak bercita cita bikin kedai kopi... Bahkan sebelumnya cuma suka kopi sachetan, tapi setelah beberapa kali ke kedai kopi, eh dia ketagihan juga ama kopi yang bener bener kopi. Berhubung dia masih menuntut ilmu dan merasa bahwa menikmati kopi di kedai kopi sangat menyita waktu, akhirnya diputuskan membeli alatnya sendiri, mulai dari alat penggiling, gelas gelas, penyaring, timbangan, panci untuk merebus air yang ada termometernya, dan termasuk biji kopi nya.

Temen temen nya pun disuruh nyobain kopi hasil racikannya, eh ternyata pada suka donk. Nah berkat dorongan dari temen temennya itulah dia pun akhirnya buka kedai kopi sendiri di depan rumahnya dengan nama INSPICOFFEE.

Segelas Kopi Palintang

Enggak ada meja kursi instagramable, enggak ada wifi, enggak ada pernak pernik cantik untuk difoto di kedai kopi Inspicoffee ini, heuheuheu. Justru inilah yang bikin beda dari kedai kopi lain, oia satu lagi, hari dan jam buka nya pun gak tentu, gak setiap hari buka, dan cuma malam aja sampai dini hari, dimana info buka nya ini selalu ia share di Instagram nya di siang hari. 

Aku sendiri sudah beberapa kali mampir ke Inspicoffe ini dan biji kopi yang tersedia pun tidak selalu sama, saat aku kesana untuk yang kesekian kali nya aku menanyakan tentang Kopi Suroloyo, eh ternyata enggak ada, ya sudah akhirnya aku order aja yang kopi Palintang yang merupakan kopi yang berasal dari Kabupaten Bandung, karena aku baru pertama kali denger tentang biji kopi ini, akhirnya aku order deh.

Karena tidak ada meja kursi ala ala cafe, dia menggelar beberapa tikar di halaman rumput rumah nya, atau bisa juga duduk duduk di teras rumah. Teras rumah yang beratap ini juga menjadi penyelamat saat gerimis atau hujan yang tiba tiba datang, heuheuheu. Berhubung tikar tikar yang digelar sudah dipenuhi pengunjung, aku pun memilih duduk di teras saja. 


Tidak ada free wifi, yuph sang pemilik memang sengaja tidak memasang Wifi di sini, tapi disediakan satu rak buku yang bisa dibaca baca, gratis. Serta iringan musik indie yang mengalun syahdu semacam payung teduh dan fourtwenty.

Awalnya dulu kedai kopi ini bener bener cuma menyediakan kopi lho, enggak ada makanan nya, tapi sekarang udah ada kemajuan dikit, menyediakan juga mie rebus, yuhuuu jadi sekarang menu nya resmi ada dua, kopi dan mie rebus. Tapi harap sabar ya, di sini dia cuma bekerja sendiri, enggak ada pegawai , jadi yang bikin kopi dan mie rebus itu ya dia, harap maklum kalau lama mie rebus nya jadi, heuheuheu.

Gimana? tertarik mencoba kopi di Inspicoffe? Silakan datang langsung ke kedai nya, untuk lokasinya sudah ada di google maps, tinggal klik :)



.