25 October 2021

Hutan Kota Wanamukti Kebumen


Hutan Kota Wanamukti berlokasi di Jalan HM Sarbini, Bumirejo, Kebumen, tidak jauh dari Stadion Candradimuka. Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau, tempat ini dibangun dengan anggaran dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kebumen Tahun 2018, dan berlanjut dibangun di tahun 2019. 

Sering aku lewat jalan HM Sarbini ini, dan selalu tertarik untuk mampir masuk, penasaran sih kayak apa isinya. Hingga akhirnya kemarin (awal Agustus 2021) aku pun coba explore spot ini. Kedatanganku ke tempat ini sebenernya enggak sengaja sih, karena siang itu aku lagi beli roti gembong, kebetulan di Kebumen baru buka sebuah toko roti gembong bernama "Gembul". Nah pas udah order ternyata harus nunggu 1 jam baru bisa diambil rotinya. Ya udah daripada nungguin di toko tapi bingung mau ngapain, akhirnya aku muter muter kota kebumen dulu dan pas lewat Jalan HM Sarbini, aku mampir ke Hutan Kota Wanamukti.




Hutan Kota ini berada persis di tepi jalan raya dengan dibatasi semacam selokan, jadi untuk masuk ke area hutan kota dibuatkan dua jembatan di kanan dan kiri. Meski lumayan sempit, jembatan kecil ini cukup untuk dilewati kendaraan roda empat. Diantara dua jembatan ini terdapat tulisan nama hutan kota ini berwarna putih.

Bagian depan taman terdapat tanah lapang berumput yang lumayan luas, bisa menampung puluhan mobil. Masuk lebih dalam lagi, terdapat semacam taman dengan jogging track yang mengelilingi area hutan kota. Meskipun namanya hutan kota, namun untuk saat ini belum bisa disebut hutan sih karena pohon pohon yang ditanam di sekitar jogging track belum tumbuh lebat, karena memang belum lama ditanam, tapi menurutku sih nanti kalau sudah tumbuh semua, bakal teduh banget area ini, plus bisa jadi hutan buah, karena pohon yang ditanam adalah pohon yang berbuah seperti Mangga, Rambutan, Sawo, Kelengkeng dan Durian. Mantaaaap




Di beberapa sudut kulihat beberapa binatang yang bebas mencari makan alias merumput, seperti kambing dan kuda. Mereka tidak diikat, jadi bisa bebas kesana kemari.

Tidak banyak yang bisa dilakukan disini sih, kita cuma duduk duduk aja, ngadem di bawah salah satu pohon besar, sedangkan si kecil lari larian kesana kemari. Yaa semoga ke depannya bisa ditambah fasilitas lain, seperti bangku bangku taman, ayunan, ataupun alat gym sederhana seperti yang ada di Alun Alun Kebumen. 



Oia untuk penjual makanan, saat ini sih ada satu kedai warung di dekat tanah lapang di area depan hutan kota, namun pas kesini, warung itu sedang tutup.


***

Peta Lokasi Hutan Kota Wanamukti Kebumen


18 October 2021

Wisata Alam Kedungdawa Kebumen | Trekking Menyusuri Sungai Kering

 
Berbekal hasil penelusuran tempat wisata di sekitar rumah Kebumen lewat aplikasi Google Maps, aku menemukan sebuah spot wisata tersembunyi. Mau dibilang tempat wisata, sebenernya juga bukan sih karena memang belum dioptimalkan sebagai tempat wisata resmi baik itu oleh pemerintah maupun oleh warga setempat. Namun setelah kucek ulasannya di blog maupun video video vlog di Youtube, tempat ini oke juga kok buat dijadikan tujuan wisata.

Di google maps, spot ini diberi nama Wisata Alam Kedungdawa, yang berupa aliran sungai yang cantik dimana terdapat beberapa spot air terjun mini. Secara administratif tempat ini masuk ke dalam wilayah Desa Seliling, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen. Untuk peta lokasinya, ini nih kutaruh di bawah ini

 
Saranku sih kalau mau kesini sebaiknya menggunakan kendaraan roda dua saja, bisa sepeda atau sepeda motor, karena sekitar 1 kilometer sebelum lokasi jalannya menyempit dan tidak mulus lagi, plus masuk masuk jalan kampung gitu. Selama perjalanan menuju kesana aku cuma mengandalkan rute yang disarankan oleh aplikasi google maps dan alhamdulilah jalurnya bener, enggak disasarin. Sampai di titik terakhir, aku menitipkan kendaraan di rumah salah satu warga. Kebetulan rumah tersebut mempunyai halaman yang agak lapang untuk naruh motor

menyusuri hutan bambu

Sembari nitip motor, aku basa basi untuk bertanya kepada bapak bapak pemilik rumah mengenai lokasi persis wisata (curug) kedungdawa. Beliau bilang bahwa lokasinya sudah dekat, tinggal mengikuti jalan tanah di depan aja. Namun beliau juga bilang bahwa saat ini sedang musim kemarau, jadi sungainya kering. Waduh ini satu hal yang lupa kusadari sebelum berangkat kesini, tapi udah terlanjur masuk sini, akhirnya kita tetep melanjutkan perjalanan ke spot yang kita tuju.

Trek yang kita lalui berupa jalan tanah berbatu dan sedikit menanjak melewat hutan bambu dengan sungai di sebelah kirinya. Betul kata bapak tadi, dari sini sudah terlihat bahwa sungainya tidak terlihat aliran air, cuma menyisakan kubangan kubangan air.





Aku coba mendekat ke dasar sungainya, karena kering kita bisa jalan jalan bebas di dasar sungai. Aku kira di kubangan kubangan airnya ini akan banyak ikan, namun setelah kucek ternyata enggak ada, sempet sih kulihat satu ikan di balik dedaudan di dasar kubangan, itu pun kecil. Yang ada malah berudu atau kecebong.

Kucoba untuk menyusuri sungai ke arah atas, hingga mentok ke sebuah spot yang kuperkirakan ini adalah air terjun mini dikala musim penghujan. Di spot ini kita tidak dapat melanjutkan menyusuri sungai lewat sungainya, harus naik ke jalan, yaitu trek yang di awal kita lalui tadi, trek ini ada di samping sungai.




Yah karena udah enggak semangat lagi untuk explore lebih jauh, akhirnya titik ini adalah titik terjauh kita, dari sini kita balik jalan kaki menuju tempat penitipan motor tadi melewati trek jalan tanah, enggak menyusuri dasar sungai lagi.

Agak kecewa sih, tapi lumayan lah buat refreshing sekalian nyari keringat. Next time pas udah musim ujan, mungkin aku bakal balik lagi ke spot ini.



11 October 2021

Nyobain Kuliner Mie Lethek di Resto Bukit Cubung, Kulon Progo


Weekend kemarin (Akhir September 2021), kita bersama keluarga besar silaturahmi ke rumah saudara di daerah Wates, Kulonprogo, Jogja. Biasanya sih kita berangkat pagi dan balik dari sana sore, makan siang sudah disiapkan oleh saudara di sana. Akan tetapi kali ini beda, kita datang pagi dan siang setelah Duhur udah cabut, rencana dari awal sih memang pengen makan makan bareng di sebuah tempat yang asyik lah pokoknya.

Tugas mencari tempat tentu saja aku yang emban, kucoba searching searching tempat makan yang lokasinya tidak jauh dari wates di aplikasi google maps, dan tidak butuh waktu lama, ketemulah sebuah tempat yang oke buat makan bareng keluarga. Nama tempatnya adalah "Resto Bukit Cubung", lokasi persisnya ada di daerah Jatirejo, Lendah, Kulonprogo. 






Berada di samping lapangan cubung, resto ini ternyata tidak terletak di sebuah bukit (seperti namanya), hanya di bagian bawah bukit yang bernama bukit cubung, tulisan nama bukit tersebut terpampang jelas di puncak bukit, bisa kita lihat dari parkiran resto yang lumayan luas, kalau misalkan penuh pun kita bisa parkir di lapangannya.

Banyak tempat duduk yang bisa dipilih, ada yang outdoor dengan meja kursi di bawah pepohonan, bisa di dalam Griya Cubung 1 dengan meja kursi kayu atau di Griya Cubung 2 dengan gaya lesehan, untuk griya cubung 2 ini sebenernya dimanfaatkan untuk kalau ada acara2 gitu, tapi karena sedang tidak dipakai, tamu umum pun bisa makan disini.
 

Menu yang disajikan adalah menu menu tradisional seperti mie lethek, ingkung, mangut lele, mendoan, bakwan, sempol, singkong, tempe benguk dan lain lain, dengan harga yang tidak mahal untuk sekelas resto.

Sambil menunggu orderan yang lumayan lama datengnya, aku coba jalan jalan keliling. Di bagian depan Griya Cubung 1 terdapat sebuah spot karya seni yang menarik perhatian, awalnya aku enggak tahu itu bentuk apa, tapi setelah aku googling, barulah aku tahu bahwa itu adalah bentuk tanaman kecubung yang katanya ada banyak di sekitar wilayah sini. 




Spot karya seni ini ternyata adalah sebuah karya seni instalasi yang baru saja diresmikan (23/09/2021) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo diwakili Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Joko Mursito, S,Sn, M.A serta dihadiri oleh Panewu Lendah, Kapolsek Lendah, Danramil 08 Lendah, Pj Lurah Jatirejo, Direktur BUMDES Binangun Jati Unggul Jatirejo, Rektor Universitas Janabadra dan unsur terkait. 

Dengan dirangkai dari anyaman bambu, karya seni instalasi wisata bukit cubung ini adalah karya dari seniman lokal Kapanewon Lendah yaitu Mamik Slamet dan Rohmat Mustofa yang terinspirasi dari keindahan estetika bunga kecubung. Tumbuhan kecubung ini konon dahulunya banyak tumbuh di kawasan bukit di Kalurahan Jatirejo Kapanewon Lendah ini, sehingga bukit ini dinamakan bukit cubung.
 

Di bagian belakang Griya Cubung 2 terdapat sebuah musholla dengan desain yang apik banget, di sampingnya terdapat toilet dengan desain yang enggak kalah cantiknya, nah di bagian belakang musholla inilah terdapat jalan ke atas menuju puncak bukit cubung, pengunjung bisa naik dan foto foto di atas.
 
Satu kuliner yang membuatku tertarik adalah mie lethek, aku tuh pernah beberapa kali nonton liputan pembuatan mie lethek di stasiun TV Nasional, dimana pembuatannya masih membutuhkan bantuan tenaga sapi, dan baru sekarang aku bisa menikmatinya langsung dalam sebuah menu makanan Mie Lethek Godhog dan Goreng.



Tapi sepertinya ekspektasiku ketinggian deh, heuheuheu. Rasanya tidak se-unik yang aku bayangkan, kuah mie godhognya sih enak, enggak jauh beda ama mie godhog biasa yang menggunakan mie kuning, cuman yang bikin beda adalah tekstur dari mie lethek nya, begitupun dengan mie lethek gorengnya, mungkin sih aku harus nyobain mie lethek di daerah asalnya yaitu Bantul, bisa jadi rasanya lebih khas lagi.

Oia buat yang belum tahu, disebut lethek karena mie ini memiliki warna yang keruh kecoklatan (lethek dalam bahasa jawa) dan kurang menarik, tidak seperti mi pada umumnya. Mie lethek tidak menggunakan pewarna zat kimia serta zat pengawet. Meski tanpa zat pengawet, mi lethek kering bisa awet disimpan hingga lebih tiga bulan. 
 



 
Untuk menu makanan ringannya juga mantap mantap kok, sempolnya enak, anak anak suka, geblek nya juga gurih, cuman kurang banyak aja isinya untuk 1 porsi, sedangkan untuk mendoannya meskipun ini enak, tapi kurang berasa mendoannya, karena mendoan itu yang bikin khas adalah tempenya tipis, lebar dan digoreng setengah matang, heuheuheu. Tapi overall tempat ini recommended buat kalian yang pengen nyari tempat makan di sekitaran kulonprogo jogja, nyaman buat makan bareng keluarga besar.


***

Peta Lokasi Resto Bukit Cubung, Jogja

4 October 2021

Kopi dan Mendoan di Pantai Mliwis Ambal Kebumen


Kebumen mempunyai garis pantai yang sangat panjang dengan kondisi pantai yang bisa dibilang mirip mirip yaitu berpasir hitam dan dataran yang landai, kecuali mulai dari Pantai Karangbolong ke barat dimana disana sudah tidak datar lagi, melainkan berbukit bukit dan pasirnya pun putih, seperti contohnya Pantai Menganti.
 
Nah dari sekian banyak pantai berpasir hitam di Kebumen, baru sebagian kecil aja yang udah pernah aku kunjungi, yaitu Pantai Petanahan, Suwuk, Silumut dan yang terakhir ini adalah Pantai Mliwis. 
 
Pantai Mliwis ini masuk wilayah Desa Kenoyojayan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen dan berjarak kira kira 20 km dari pusat kota. Akses jalannya sudah bagus, bisa dilewati kendaraan roda dua maupun empat sampai parkiran. 
 



Untuk masuk ke Pantai Mliwis, saat ini belum ada tiket masuk, hanya membayar parkir aja ke petugas yang jaga, untuk mobil biaya parkirnya 5 ribu rupiah, kalau untuk motor tentunya lebih murah, mungkin cuma 2 atau 3 ribu. Kalau jalan kaki ya gratis, heuheuheu
 
Diantara parkiran dan pantainya, terdapat banyak warung yang menjual makanan dan minuman, sekaligus tempat duduknya yang banyak, bisa di dalam warungnya atau bisa juga di bangku bangku yang tersebar di sekitar sini di bawah pepohonan cemara, sehingga teduh. Selain tempat makan, juga terdapat wahana permainan anak, dan kolam renang air tawar.
 



Rencananya sih kita mau piknik di tepi pantai gitu, duduk duduk di pasir sambil makan bekal, sambil nemenin si kecil main pasir, tapi karena kondisi angin yang agak kurang bersahabat. Akhirnya kita duduk di bangku bangku yang ada di bawah pepohonan cemara, disini anginnya masih terasa sih, namun tidak sebesar di tepi pantainya. Sambil pesan kopi, mendoan, pop mie dan pop ice dari warung. 
 
Barulah setelah selesai makan makan, kita beranjak mendekat ke pantainya, disini juga ada bangku bangku, terbuat dari kayu.  


Berhubung masih masa pandemi gini, kondisi pantai jadi tidak rame, bisa dibilang sepi malah. Oia di pintu masuk pantai tadi sebenernya ada palang kayu penutupnya, mungkin karena kemarin habis PPKM, tapi alhamdulilah hari ini pas kita dateng sudah tidak ditutup lagi, jadi bisa masuk deh.


***

Peta Lokasi Pantai Mliwis