28 March 2022

Ikut VW Tour Safari | Keliling Desa di Sekitar Borobudur, Magelang


Di postingan ini aku mau sharing mengenai pengalamanku kemarin saat ikut VW Tour di Magelang. Jadi aku bisa ikut trip ini bukan pesan sendiri sih tapi karena trip ini adalah salah satu rangkaian kegiatan Outbond kantor.

Outbondnya sendiri berlokasi di Kebon'e The Omah, yang tidak jauh dari Candi Borobudur. Sesuai jadwal, kegiatan ini selesai pukul 11.30 WIB, kemudian dilanjut dengan Ishoma. Nah baru sekitar pukul 13.00 WIB kegiatan VW Tour nya dimulai. Satu per satu mobil VW Warna Warni datang memenuhi parkiran, ada lebih dari 20 VW , yang membuat parkiran yang luas menjadi tiba tiba penuh sesak.


Setiap mobil VW diberi nomor urut dan diisi oleh 4 - 5 orang termasuk driver. Sedangkan aku mendapat nomor 19, awalnya sih aku kira VW ku ini bakal jalan di urutan ke-19 tapi ternyata enggak donk. Aku kali ini mendapat keberuntungan yang luar biasa, salah satu temanku yang ada di VW ini adalah bagian dari panitia yaitu seksi dokumentasi. Jadi VW kita berada di urutan pertama karena akan mengambil gambar dari depan, di spot spot tertentu, mobil kita berhenti untuk mengambil gambar VW VW lain yang melintas. Saat sudah melintas semua, rombongan berhenti, lalu VW kita kembali ke urutan paling depan. Heuheuheuheu, lumayan dapat konten Vlog yang ciamik. Videonya bisa ditonton di youtube berbagifun ya.


Nah menurut rencana, VW tour ini akan selesai pukul 16.30 dengan mampir ke tiga tempat yaitu Bukit Rhema, Tempat Peternakan Lebah Madu dan Pengolahan Gula Kelapa. Perjalanan menuju spot pertama ternyata tidak terlalu jauh, melewati beberapa spot menarik seperti Svargabumi, Hotel Plataran, dan Graha Padmasambhava.

Berhubung spot pertama ini adalah bukit, jadi beberapa ratus meter sebelum lokasi tuh jalannya menanjak dan berkelok, agak serem sih karena sempit dan licin sehabis hujan, tapi alhamdulilah aman sampai parkiran. Nah dari parkiran ini masih harus jalan kaki untuk sampai ke puncak bukit rhema nya. Namun bila enggak kuat jalan kaki menanjak bisa menggunakan jasa jeep. Tapi serem juga sih naik jeep, lha jalannya curam banget lho nanjaknya, ditambah jalannya basah licin kena ujan


Sampai di puncak bukit rhema, terlihat sebuah bangunan yang sangat mencolok dengan kepalanya yang sempat viral itu. Awalnya kukira itu adalah kepala ayam, eh ternyata setelah dijelaskan oleh guide nya, itu adalah kepala burung merpati yang bermahkota. Burung Merpati sendiri melambangkan perdamaian. Untuk bisa masuk ke bangunan ini ternyata harus antre dan bergantian, agar tidak terjadi penumpukan di dalam.

Sesuai arahan, di lantai 1 para pengunjung tidak boleh mengambil gambar/video, karena ini adalah ruang doa, bukan hanya untuk 1 agama tapi untuk semua bangsa, bahkan mushola pun ada. Jadi penyebutan GEREJA AYAM itu sebenernya kurang tepat, namun sudah terlanjur viral.



Di lantai 2 dan seterusnya sudah boleh merekam atau mengambil foto, di lantai ini ada sebuah ruangan yang luas. Terdapat foto foto yang dipajang, beserta keterangannya, dari sini kita bisa mengetahui proses dan sejarah pembangunan Rumah Doa ini.

Tujuan utamanya sih untuk naik ke puncaknya, yaitu di mahkotanya, yang merupakan tempat syuting salah satu adegan di film AADC 2 tahun 2016 lalu. Spot ini berada di lantai 7, dan untuk bisa sampai kesini harus antre, kemarin cuman boleh 6 orang di puncak selama 3 menit saja, heuheuheu. 


Bertepatan dengan sampainya kita di puncak, ternyata waktu berkunjung di sini sudah mau habis waktunya, dan rombongan pun disuruh untuk berkumpul semua di area lapang di depan Rumah Doa ini untuk foto foto, yang kemudian lanjut lagi keliling naik VW.

Tujuan kunjungan kedua kita adalah sebuah tempat peternakan lebah madu dan penjualan hasil madu nya. Nama tempatnya adalah Ashfa Honey Bee Farm, yang berlokasi di Dusun V, Desa Tanjungsari, Borobudur, Magelang, tidak jauh dari Bukit Rhema.


Kedatangan kita disambut oleh seorang bapak bapak yang berdiri di depan sebuah kotak kayu berisi lebah madu dan beliau sambil memegang sebilah kayu yang dipenuhi oleh lebah. Dengan menggunakan pengeras suara, beliau menceritakan mengenai peternakan lebah disini, termasuk proses panen madu nya. Sangat menarik cerita dari beliau, dan setelah selesai, para pengunjung dipersilakan untuk foto bersama lebah, heuheuheu.

Di bagian dalam ternyata terdapat sebuah gerai penjualan madu yang mereka panen, dengan dikemas menggunakan botol botol keci, kulihat ada berbagai warna madu, infonya sih ada yang madu murni ada pula yang campur beepolen, tentunya dengan harga yang berbeda. Berhubung di rumah dan di kantor stok madu masih ada, aku enggak beli madu disini, tapi semua pengunjung diperbolehkan untuk icip icip madunya. Oia tersedia pula tempat duduk dan meja, lengkap dengan teh hangat yang boleh diminum sepuasnya.


Hari sudah semakin sore dan semakin mepet, akhirnya rombongan lanjut ke spot terakhir, yaitu tempat pengolahan gula kelapa. Lokasinya tidak jauh dari sini, gak sampai 10 menit nyampai. 

Tempatnya semacam di tengah perkampungan gitu, jadi jalannya lumayan sempit. Enggak nyangka aja sih di tempat ini ada spot tujuan wisata, heuheuheu. Meski ini tempat pengolahan gula kelapa, ternyata nama tempatnya adalah Gubuk Kopi. Di sini kita disambut oleh seorang guide yang mengajak rombongan masuk, langsung menuju ke dapur pengolahan, lengkap dengan tungku dan wajan besar berisi nira yang sedang direbus, yang produk akhirnya nanti menjadi gula merah/gula kelapa. Sang Guide menjelaskan secara rinci bagaimana proses dari awal sampai menjadi gula. Dan setelah itu kita diarahkan ke gerai penjualan gula kelapa yang sudah jadi, sekalian bisa icip icip potongan gula kelapa.


Berhubung dalam trip ini infonya tidak mampir toko oleh oleh lagi, jadinya disini aku membeli beberapa gula kelapa untuk oleh oleh orang rumah. 

Dari spot ini, rombongan langsung menuju ke Svargabumi, bukan untuk wisata disana sih, tapi karena bus kita numpang parkir di parkiran Svargabumi, heuheuheu.
 
 

21 March 2022

Keliling Desa Semawung : Nyebrang Jembatan Gantung Borowetan Purworejo

Waktu itu, hari minggu pagi awalnya aku dan adikku berdua boncengan motoran ke arah Jembatan Semapop Purworejo, buat hunting kuliner di Pasar Umpet dan Pasar Tiban. Nah pas pulangnya aku enggak lewat jalan berangkat, melainkan lewat semawung, dan nanti nyebrangnya di Jembatan Gantung Borowetan.

Berbekal rute yang dibuatkan oleh aplikasi Google Maps, aku pun menyusurinya mengunakan motor dengan sesekali berhenti pas ada sesuatu yang menarik. Yang pertama adalah taman kecil yang ada di beberapa persimpangan jalan, kulihat di setiap taman kecil ini pasti bertuliskan nama Dawis, sepertinya sih ini kemarin ada lomba pembuatan taman antar dawis ya. Buat yang belum tahu, dawis itu singkatan dari Dasa Wisma yang merupakan merupakan kelompok ibu-ibu dari 10 Kepala Keluarga yang lokasi rumahnya berdekatan agar program kerja (dari PKK Kelurahan) berjalan lebih mudah.



Dari semua taman yang kulihat warnanya seragam deh, pasti ada warna kuning, merah dan putih, dan biru sedangkan untuk bahan material pembuatannya pasti ada botol bekar air mineral dan bilah bilah bambu. 

Setelah kucari info lebih lanjut dari dunia maya, ternyata beberapa waktu lalu, yaitu pas Bulan Agustus 2021 Warga Desa Semawung, Kecamatan/ Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menggelar kerja bakti warga menghias lingkungan atau mempercantik lingkungan untuk menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia (RI). 

Sebanyak 19 RT dari 7 RW di Desa Semawung dipercantik lingkungannya, yang salah satunya dengan pembuatan taman taman kecil ini. Warga menggunakan anggaran secara swadaya urunan tiap RT atau Dawis untuk keperluan bahan dan material kerja bakti lingkungan. 



Berikutnya aku juga nemu spot yang lumayan menarik, yaitu lapangan outbond, dari plang yang kubaca tempat ini bernama Wahana Outbond Dewi Mass. Aku pinggirkan kendaraan, masuk sedikit ke area outbond, parkir dan jalan jalan explore sekitar area ini. Terlihat ada beberapa wahana yang biasa digunakan peserta outbond, seperti ban ban, jembatan tali di atas, balok keseimbangan dll, ada pula beberapa kolam serta gazebo/saung untuk berteduh dan istirahat. Kayaknya sih ini dulu sebelum corona ramai dan sering digunakan event.

Lanjut jalan lagi ke arah dalam, aku sampai di sebuah sungai kecil, dengan kebon cabe yang luas banget di tepi nya, kulihat ada beberapa petani yang sedang mengelola kebon ini.


Berdasar informasi yang kudapat, Outbond Dewi Mass ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Mawar Samudra Semawung atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dewi Mass, yang berada di RT 01/RW 06, Dusun Kenyaen, Desa Semawung, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang menyuguhkan tiga spot unggulan. Yang pertama yaitu spot darat, terdiri atas wahana kolam dan wahana lumpur. Kemudian kedua adalah spot sungai, yaitu river tubing dan ketiga spot mancing di alam bebas.


Kemudian lanjut aku arahkan motor ke utara, mengikuti jalan aspal membelah perkampungan warga, pagi ini bisa dibilang sepi, tidak banyak warga yang beraktivitas di luar rumah, hingga akhirnya melewati bangunan Gedung Kantor Balai Desa Semawung, Pasar Semawung, dan motor kuhentikan saat sampai di Perum Wonoroto Indah Regency, di sini aku sadar ternyata sudah keluar wilayah semawung dan masuk wilayah Wonoroto. 

Dari perumahan ini aku belokkan motor ke arah barat mengikuti jalur menyusuri sawah hingga masuk wilayah Borowetan. Di sekitar sini sebenernya ada Kampung Pelangi, dimana rumah rumah warga dicat warna warni seperti Pelangi, namun kita enggak mampir. Dan akhirnya kita pun sampai di Jembatan Borowetan. Jembatan Gantung ini serupa dengan Jembatan Semapop yang membentang di atas Sungai Bogowonto. FYI dulu jembatan ini pernah hancur akibat banjir, namun kemudian dibangun lagi seperti sekarang ini.


Di bagian barat jembatan ini adalah kuburan, jadi setelah menyeberang, kondisi jalan di kanan kiri penuh dengan nisan, tapi tidak usah khawatir disini sudah ramah karena di sebelah barat pemakaman ini adalah Jalan Jogja, tepatnya di seberang  SPBU Boro. Dari sini kita lanjut pulang :)

14 March 2022

Ngopi di Tempat Bersejarah "Roemah Martha Tilaar" Kebumen


Sudah lama aku tahu kalau di Gombong Kebumen tuh ada Roemah Martha Tilaar, pernah lihat liputannya di TV Nasional juga, bahkan lewat jalan di depannya pun udah beberapa kali, namun belum sempet mampir, karena kusangka itu cuma rumah lama peninggalan Martha Tilaar yang jadi museum. Enggak "ngeh" kalau di dalam situ juga ada kedai kopinya.

Baru setelah lihat story instagram salah satu selebgram Kebumen yang lagi nongkrong asik di sebuah kedai kopi bernama "Roemah Kopi" aku jadi tertarik dengan latar bangunannya, sepertinya tuh aku pernah ngelihat gitu. Dan ternyata setelah kucari infonya lebih lanjut, kedai kopi ini lokasinya ada di dalam area Roemah Martha Tilaar, heuheuheu.



Nah pas weekend (September 2021) mumpung cuaca cerah kita meluncur ke arah Gombong, buat nongkrong di Roemah Kopi, awalnya sih enggak ada niatan buat keliling masuk masuk ke Roemah Martha Tilaar-nya. 

Berlokasi di Jalan Sempor Lama, Gombong, kedai kopi yang kita tuju mempunyai tempat parkir di halaman rumah, jadi semacam bertamu ke rumah orang gitu. Di komplek ini, bila dilihat dari depan ada tiga bangunan yang terpisah, kita sebut saja kiri, tengah/utama dan kanan. Bangunan awalnya yaitu kiri dan tengah, sedangkan bangunan kanan yang sekarang dijadikan kedai kopi merupakan bangunan tambahan yang didesain mirip bangunan lainnya, jadi bisa dibilang ini bangunan baru. Tapi misal mas mas kedai kopi enggak cerita ya aku enggak tahu mengenai fakta ini.





Setelah masuk kedai kopi nya, hawa sejuk terasa, kita langsung ke kasir untuk order makanan dan minuman. Tapi sayang sekali sore ini lagi enggak ada makanan, cuma kentang goreng aja, sedangkan untuk minuman lengkap semua ada. 

Satu yang bikin aku suka dengan ruangan ini adalah tidak ada musik yang disetel, suara yang terdengar ya cuma orang ngobrol dan suara barista yang sedang meracik kopi. Lebih syahdu aja rasanya. Di salah satu sisi ruangan ini terdapat display produk produk dari Martha Tilaar dan UMKM, pengunjung bisa membelinya disini. Bagi yang merokok, bisa pilih tempat duduk di luar, yaitu di teras bangunan utama.




Saat menunggu pesanan datang, kita foto foto dulu di sekitar sini. Aku pun bertanya kepada salah satu barista, apakah boleh untuk foto foto di belakang, yang notabene sudah masuk bagian dalam Roemah Martha Tilaar, dia menjawab "boleh". Langsung dah kita masuk.

Suasana yang kurasakan saat berjalan di lorong menuju ke belakang adalah seperti masuk ke rumah sakit (yang bangunan lama) , ada ruang ruang / kamar di sepanjang lorong, beberapa foto yang dipajang di dinding nya. Dari foto foto dan penjelasannya kita bisa tahu sejarah / kisah hidup Martha Tilaar. Ini sih bakal panjang banget kalau ditulis disni.





FYI, Roemah Martha Tilaar ini mulanya adalah rumah keluarga besar Liem yang diperkirakan telah dibangun pada tahun 1920 oleh Liem Siaw Lam atau biasa dikenal oleh penduduk sekitar dengan panggilan Baba Solam. Keluarga Liem Siaw Lam dikenal sebagai keluarga pengusaha kaya Tionghoa sekaligus dermawan, selain menjadi penyalur hasil bumi, bisnis keluarga Liem Siaw Lam yang lain adalah juga mengelola peternakan yang menghasilkan daging dan susu. Daerah sekitar/tetangga rumah ini dahulunya adalah kandang-kandang sapi, namun kini sudah menjadi pemukiman penduduk.


Di rumah inilah Ibu Martha Tilaar sebagai cucu dari Liem Siaw Lam lahir dan tinggal hingga umur 10 tahun. Rumah ini menjadi saksi bagaimana semangat kewirausahaan juga kreatifitas Ibu Martha Tilaar dipupuk sedari beliau masih kanak-kanak. Oia buat yang belum tahu, Martha Tilaar adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Sebenenya aku enggak nyangka sih ternyata beliau asli kelahiran Gombong, kirain tuh orang Jogja atau Solo.


Rumah ini sempat terbengkalai, dibiarkan berlumut dan menjadi rumah hantu bertahun-tahun lamanya. Namun kemudian dibersihkan, diperbaiki dan resmi dibuka untuk publik sejak Desember 2014. Melalui ragam kegiatan dan program mulai dari diskusi, lokalatih, festival, pertunjukan dan pameran seni, Roemah Martha Tilaar mencoba menjadi wahana yang mempertemukan individu dan kelompok untuk berbagi ide dan mendorong kerja-kerja kolaboratif lintas disiplin sekaligus juga wahana pendidikan dan hiburan. Harapannya semua itu akan bermuara kepada kemanfaatan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.


Hari ini hanya ada dua biji kopi lokal yang tersedia, yaitu Kopi Robusta Grigak Sempor dan Kopi Robusta Kaliputih Sempor. Biji Kopi ini salah satunya berasal dari hasil perkebunan milik Turiman (50) warga RT 7 RW 2 Desa Kaliputih Kecamatan Sempor yang pernah mendapatkan predikat kopi Robusta terbaik se-Kabupaten Kebumen, setelah dilakukan penilaian oleh barista dan juga juri Indonesia Barista Championship (IBC), Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) di Surabaya Tahun 2013 Azhari Kimiawan.    

Nah buat dulur dulur yang lagi main ke kebumen dan pengen nongkrong ngopi, bisa nih mampir ke Roemah Kopi di area Roemah Martha Tilaar, tapi bukanya sore hari sekitar jam 16.00. Untuk lokasinya, nih aku kasih peta Google Maps nya :

7 March 2022

Pemandangan Cantik di Sendangdalem Kebumen


Waktu itu tuh aku ngelihat postingan di instagram yang isinya adalah video sepasang muda mudi lagi main ayunan dengan background seperti hempasan air dari air terjun tapi bukan air terjun, kulihat tag lokasinya, ternyata itu di area PLTA Wadaslintang. Lanjutlah aku explore lokasi itu di aplikasi google maps, dari sudut pandang video itu, aku bisa memperkirakan spot ayunan tersebut. Cakep sih videonya, cuman dengan melihat lokasinya yang ada di dalam area PLTA, kayaknya enggak semudah itu untuk masuk. 

Akhirnya aku geser geser peta di sekitar spot itu dan nemu sebuah spot bernama Desa Wisata Sendangdalem, spot in berdekatan dengan Jembatan Sendangdalem, Rivertubing Sendangdalem, Waduk Wadaslintang dan dan sebuah bukit bernama Bukit Rayang. Yuhuuu, aku langsung tertarik, dan di weekend-nya aku langsung cuss ke spot ini.


Akses menuju lokasi ini sangat mudah, namun bila menggunakan aplikasi google maps dengan titik awal di pusat kota kebumen, akan disarankan rute melewati daerah Alian ke arah timur. Rute tersebut adalah rute tercepat namun dengan kondisi jalan yang relatif lebih sempit. 
 
Kali ini aku enggak mengikuti saran dari google maps, karena kondisi cuaca yang lagi enggak bersahabat, semalam hujan dan sekarang mendung. Aku pun ambil jalur ke timur dulu, ke arah prembun, baru pas di persimpangan jalan sebelah barat Terminal Prembun ambil arah ke utara, ke arah Waduk Wadaslintang. Nah baru setelah hampir sampai di pintu masuk waduk wadaslintang, ambil jalur kiri, turun di pertigaan. 



Huaaa ternyata pemandangan di sekitar sini bener bener cakep dah.. Meski lagi musim kemarau, pemandangan sekeliling disni terlihat ijo ijo, arus sungainya tenang banget seperti kolam, dengan tanaman air di tepiannya. Dan pas aku mendekat, kulihat banyak sekali ikan ikan kecil berwarna orange di tepian sungai.

Meskipun ini adalah sebuah tempat wisata, tapi tak kulihat ada aktivitas wisata, ya mungkin karena lagi pandemi ya. Sepi bangeeet gaess. Padahal kalau kubaca di internet, di sini ada beberapa paket wisata lho, mulai dari paket Eco dengan harga 80.000 rupiah per orang, paket Wow dengan harga 100.000 rupiah per orang, paket Jozz dengan harga 120.000 rupiah per orang, dan paket Full Day dengan harga 180.000 rupiah per orang. Adapun minimal rombongan, terdapat sepuluh orang. Nah perbedaan harga harga ini disebabkan oleh fasilitas yang akan didapatkan.


Selain itu, Bukit Rayang yang bisa kalian lihat di foto berupa semacam batu besar di balik sungai itu ternyata juga menyimpan hal unik, masih banyak monyet liar di pepohonan sekitar bukit rayang itu. Tapi kita enggak mendekat ke bukit itu sih, cuma ngelihat dari jauh aja. 

Tidak banyak yang kita lakukan disini, setelah puas foto foto, kita pun langsung cabut dari tempat ini. 



***
 
Peta Lokasi Wisata Sendangdalem, Kebumen