Jembatan Merah Pantai Congot, sudah sejak beberapa waktu yang lalu tempat ini viral, aku ikutin terus perkembangan mengenai wisata ini. Awalnya sih enggak boleh masuk karena dijaga satpam, harus kucing kucingan biar bisa masuk. Tapi ternyata sejak minggu lalu sisi yang sebelah barat Sungai Bogowonto sudah dibuka untuk umum (belum resmi), sedangkan yang sisi sebelah timur sama sekali belum dibuka (pertengahan September 2023).
Saat ada waktu lengang, aku langsung meluncur menuju tempat ini, dengan mengajak anak dan istri. Dari Kebumen, kita mengambil jalur JJLS menuju timur ke arah Purworejo sampai di Jembatan Congot. Nah sebelum Jembatan Congot JJLS ini, atau di sebelah baratnya ada jalan ke arah selatan, kita masuk melalui jalan kecil itu yang juga merupakan akses jalan menuju Cafe Bogowonto 77 dan juga Kantor Basarnas Unit Siaga Congot. Di awal jalannya lumayan bagus lah, ada sebagian yang dicor semen, tapi beberapa ratus meter kemudian jalannya jadi tanah yang bergelombang. Kalau mau akses jalan yang lebih bagus, bisa lewat jalan yang menuju Wisata Pasir Kadilangu. Jadi untuk sekarang (Sept 2023) sementara ada dua akses jalan menuju Jembatan Merah. Enggak tahu nanti kedepannya bagaimana, karena ini juga belum dibuka secara resmi sih.
Sampai di lokasi ternyata sudah lumayan ramai, puluhan kendaraan motor dan beberapa mobil sudah terparkir rapi di samping jembatan. Untuk masuk tidak ada tiket masuk, hanya membayar parkir 10rb per mobil atau 3 ribu per motor. Di sekitar parkiran banyak penjual makanan dan minuman seperti goroengan, pop mie, pop ice, jagung rebus dll.
Dari parkiran kita jalan kaki ke jembatan yang posisinya sedikit lebih atas. Akses ke atas masih berupa urukan tanah berbatu, dan sebenarnya jembatan masih tertutup oleh pembatas jalan dengan tulisan "yang tidak berkepentingan dilarang masuk", hal ini menandakan bahwa spot ini sebenernya belum dibuka secara resmi. Dan untuk nama jembatan ini, resminya sebenernya adalah "Jembatan Kali Pasir" , nama tersebut tercantum di salah satu sudut jembatan.
Di area jembatan merah sudah dipadati oleh ibu ibu dengan kostum senam, ternyata mereka mau mengadakan senam bersama di atas jembatan merah ini. Kita pun mengambil tempat di ujung satunya, kita menunggu disini untuk menyaksikan pesawat yang akan mendarat di Bandara YIA. Cakep banget karena pesawatnya bakal lewat persis di atas jembatan merah ini dan terlihat besar karena posisi mau mendarat. Inilah salah satu hal yang membuat spot ini selalu ramai.
Setelah dua kali menyaksikan pesawat lewat di atas jembatan, kita lanjut jalan kaki mengikuti jalan beton tanggul barat sampai ke ujung nya. Spot ini disebut tanggul barat karena berada di sebelah barat sungai bogowonto, sedangkan di sebelah timurnya disebut tanggul timur, jadi tanggul ini mengapit sungai bogowonto di muaranya.
Saat berjalan menuju ujung tanggul pun kita sempat satu kali menyaksikan pesawat mendarat. Semakin sore suasana semakin ramai oleh pengunjung dari berbagai usia, dari anak anak sampai manula pun ikut menikmati pesona tanggul pemecah ombak ini.
Beberapa puluh meter sebelum ujung tanggul, di kanan kirinya terdapat susunan tetrapod yang berfungsi untuk memecah ombak agar tidak langsung menghantam tanggul. Kemarin tetrapodnya masih terlihat putih bersih, tidak seperti yang di pantai glagah yang sudah banyak berwarna coklat, heuheuheu.
Beberapa puluh meter sebelum ujung tanggul, di kanan kirinya terdapat susunan tetrapod yang berfungsi untuk memecah ombak agar tidak langsung menghantam tanggul. Kemarin tetrapodnya masih terlihat putih bersih, tidak seperti yang di pantai glagah yang sudah banyak berwarna coklat, heuheuheu.
Tumpukan tetrapod ini banyak digunakan oleh pengunjung untuk spot foto, cakep banget deh, apalagi dengan background sunset di arah barat. Di sisi timur tanggul barat terlihat barisan joran pancing, ternyata banyak juga pemancing yang beraksi di muara ini. Semoga di sepanjang tanggul ini nantinya tidak ada warung warung ya seperti di pantai glagah, jadi kurang oke buat foto foto. Warungnya cukup dipusatkan saja di sekitar tempat parkir.
Sampai di ujung kita bisa menikmati ganasnya ombak pantai selatan yang menghempas tetrapod, kadang percikan ombaknya sampai juga ke area pengunjung, jadi harus tetep hati hati.
Bisa ini jadi tujuan bersepeda pas akhir pekan,
ReplyDeletewah keren ya. Di Lombok jg ada jembatan baru, kapan2 saya review mas broo.
ReplyDeleteWah seru juga, menunggu sore sembari melihat pesawat landing. Dulu pas masih aktif bandara Adi Sutjipto, tempat favorit melihat pesawat landing ada di Museum Dirgantara, sekarang sudah bergeser ya karena bandaranya juga sudah berpindah :)
ReplyDelete