12 February 2011

Touring Menyusuri Sembalun, Lombok


Touring kali ini diawali dari Air Terjun Sendang Gila yang berada di Kaki Rinjani, bila saat berangkat dari Mataram ke Air Terjun kami melalui jalur barat, nah pulangnya kami mencoba menaklukan jalur timur yang menurut kabarnya cukup menegangkan karena harus naik lagi, membelah pegunungan sekitar rinjani dan juga membelah hutan di Sembalun, padahal kami belum ada gambaran apa apa, cuma bermodalkan petunjuk arah saja.


Wah ternyata jalur ini sangat tidak layak, jalannya sebagian besar rusak karena tanah pegunungan yang labil, sehingga aspal banyak yang terkelupas dan berlubang lubang. Jalan lumayan sempit, jadi kalau ada dua mobil dari arah yang berlawanan, ya harus benar benar hati hati. Di beberapa tempat di jalur yang kami lalui ada pemukiman, juga ada perkebunan sayur, dan strawberry.


Nah, saat sampai di suatu spot yang bagus, kami berhenti sejenak, untuk istirahat dan foto foto, di sini ada jalan beraspal yang membelah perkebunan tomat, yang kebetulan sedang berbuah tomatnya. di samping kanan kiri diapit pegunungan tinggi berkabut, udara di sini sangat dingin.




Setelah kami melalui berbagai pemukiman penduduk dan perkebunan, akhirnya kami mulai masuk wilayah hutan Sembalun, bukannya turun, jalan disini justru naik, lebih tinggi dan tinggi lagi, brrrrrr udara semakin dingin menusuk tulang, apalagi gerimis turun menambah dingin udara hutan ini. Harus lebih hati hati dalam mengendarai motor, jalan yang masih jelek, menanjak, dan menikung, serta licin.




Tidak lama memasuki kawasan hutan, perjalanan kami harus terhenti sejenak, karena ada longsor yang menutupi badan jalan, longsor ini baru saja terjadi, akan tetapi disini sudah banyak orang, banyak mobil yang berhenti, karena tidak dapat melanjutjan perjalanan, karena ini memang satu satunya jalur di sini, bila mau putar balik, sangat jauh sekali.


Untung saja disini ada warga yang siap siaga membantu, untuk motor masih bisa melewati longsoran ini, dengan menuntunnya. Kami dibantu oleh seorang warga menuntun motor menembus tanah longsoran. Alhamdulilah berhasil, akan tetapi motor jadi penuh lumpur, begitu juga kaki kami. Saya memberikan upah lima ribu rupiah sebagai ucapan terima kasih. Setelah foto foto sebentar, kami langsung melanjutkan perjalanan ini, karena hari sudah semakin sore.






Udara semakin dingin menusuk tulang, dan hujan mulai membesar, kami mengendarai motor dengan sangat hati hati. Kondisi jalan rusak, licin, menurun, dan menikung. Sesekali ada motor/mobil yang lewat berlawanan arah. Nah saat melewati suatu turunan yang cukup curam dan menikung, teman ane yang mengendarai motor (ane bonceng) kehilangan kendali motor, sehingga motor sedikit keluar aspal, terperosok dan jatuh. Temen ane jatuh ke depan, ane jatuh ke samping kanan, alhamdulilah tidak jatuh ke kiri, karena di kiri jurang. Ane langsung bangun, ane tidak memperhatikan keadaan ane sendiri ataupun temen ane, perhatian ane justru terarah ke barang barang ane, ane liatin saku ane, wah sobek, ane ambil hape di dalamnya, wah ternyata masih hidup, tapi basah, langsung ane matikan dan masukkan saku lagi.

Kemudian ane lihat motor ane, wah sepertinya tidak lecet karena jatuh ke tanah bukan aspal. Setelah itu ane baru teringat temen ane (haha jahatnya) ane tanya, "bisa bangun gak bhar?", dia jawab bisa, ane lega dia gak papa, tapi tetep aja dia gak bergerak dari posisi semula. Tidak lama dari arah atas terdengar suara motor, ternyata ada dua orang laki laki boncengan, setelah melihat kami, mereka berhenti dan mendekat, lalu menolong kami mengangkat motor dan memposisikan di aspal. Wah ternyata di sini orang nya baik baik, ane ditolong ama orang sini dua kali, saat longsor dan jatuh.

Setelah beberapa lama akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi, alhamdulilah kami masih sanggup, fiuh padahal kalau dilihat jarak ke mataram, masih sangat jauh. Selain menolong kami, dua orang tadi juga menunjukkan jalan ke arah Kota Mataram, sampai di sebuah persimpangan, kami berpisah arah, karena mereka tidak ke arah mataram. Saya sangat berterima kasih sekali kepada mereka.

Perjalanan ke Mataram masih 45 KM lagi (ane lihat di petunjuk arah), wah ternyata masih jauh banget. Lagi asik asiknya memacu kendaraan untuk mengejar waktu agar sampai Mataram sebelum gelap, eh ternyata malah hujan deras mengguyur, kami langsung menepi di sebuah warung sembari istirahat dan minum kopi untuk sedikit menghangatkan badan, karena kami memang sudah sangat kdinginan, ujung jari tangan udah berkerut kerut, tanda kedinginan. Wah ternyata ujannya lama gak berhenti, karena hari udah malam akhirnya kami nekat menerobos hujan. Alhamdulilah kami dapat sampai Kost dengan selamat.....

No comments:

Post a Comment

Silakan Meninggalkan Jejak di Kolom Komentar