16 October 2018

Cerita dari Tanjung Aan dan Bukit Merese


Dengan berbagai permasalahan yang ada, kawasan Mandalika cukup lumayan lama berbenah. Namun alhamdulilah sekarang, jalan jalan udah lebar dan mulus, fasilitas umum ditambah (tempat bilas), pembangunan beberapa hotel mewah, serta udah ada masjid besar bernama Masjid Nurul Bilad.

Namun itu semua hanya di sekitar pantai Kuta Mandalika saja, berbeda kondisinya dengan pantai Tanjung Aan dan sekitarnya, Jalannya sebagian besar masih rusak dan yang paling mengganggu adalah tembok panjang yang membentang sepanjang pantai dari Bukit Merese, sumpah deh nih tembok ganggu banget, enggak segera dilanjutkan pembangunan lagi, dibiarin gitu aja.


Beberapa hari yang lalu, aku menyempatkan mampir ke Pantai Tanjung Aan, setelah setahunan lebih enggak kesana, heuheuheu. Sudah sering sih mendengar cerita mengenai tembok panjang itu, hingga akhirnya aku melihat sendiri.

Untuk masuk ke tanjung aan di bagian kaki bukit merese, kita dipungut biaya 10rb rupiah/mobil, enggak menghitung isi orang nya berapa, pokoknya semobil 10rb. Kendaraan kita parkirkan di deket jalur pendakian ke Bukit Merese, dari portal masuk tadi ke parkiran ini, dahulu pemandangannya bagus lho, pantai indah dengan pasir putih, tapi sekarang pemandangannya tembok, heuheuheu.

Dari parkiran, kita berjalan kaki untuk menuju pantai yang berada di balik tembok ini. Ada lobang kecil di tembok itu (entah siapa yang melobangi), kita harus nunduk (bener bener nuduk) untuk bisa masuk, sedangkan si kecil bisa langsung masuk aja, karena tinggi lobang ini sekitar 5cm di atas kepala si kecil.

Yuhuuuu, akhirnya kita sampai juga di pantainya....




Suasana Tanjung Aan di bagian ini paling uenaak dah, karena teduh, banyak pohon nya, sehingga kita bisa goler goler tiduran di pasir sambil menikmati suara deru ombak. Kita goler goler dulu karena saat sampai sini masih lumayan terik, yaa sekalian istirahat lah ya.

Walaupun sebenarnya nyaman, namun ada 3 hal nih yang sedikit mengganggu.

Yang pertama adalah banyaknya sampah, baik itu sampah organik (rumput laut) maupun bungkus bungkus makanan. Sampah organik ini disebabkan karena akhir akhir ini ombak lagi besar, jadi banyak terbawa sampai tepi pantai, sedangkan sampah bungkus makanan, yaaa seperti biasa disebabkan oleh wisatawan yang gak peduli ama sekitarnya, padahal ada lho tempat sampah di sekitar sini.

Yang kedua adalah banyaknya anjing, entah ini anjing liar atau anjing milik warga sekitar yang membuka warung di sekitar pantai. Kehadirannya lumayan mengganggu sih, suka mendekat dekat, apalagi kalau kita sedang makan semacam daging2an... Terus juga suka berkelahi mereka, suaranya itu lho, serem cui..

Yang ketiga adalah para penjaja gelang dan kain. Pekerjaan mereka sebenernya mulia sih, berjualan, mencari uang dengan cara yang halal. Namun beberapa orang/wisatawan bisa jadi bakal terganggu dengan cara mereka berjualan, karena sedikit memaksa sih. Beneran deh. Dan aku pernah ngalamin dulu, awalnya khan karena kasihan, yaudah aku beli dah gelangnya (walaupun nanti enggak bakal kupake sih), nah pas milih milih, eh temen temen nya sesama penjual gelang (semua anak anak di bawah 10 tahun) tiba tiba datang menyerbu, dan pengen dibeli juga barang dagangannya, heuheuheu.... Berabe khan..

***

Semakin sore, air laut terlihat semakin surut. Tumbuhan laut berwarna hijau yang awalnya tadi enggak kelihatan terendam air laut, sekarang menjadi terlihat. Dan sejurus kemudian, beberapa inaq2 (ibu ibu) dan anaknya dengan membawa alat pencongkel menunduk nunduk menyusuri tumbuhan/rumput2 laut tersebut, hoho ternyata mereka sedang mencari kerang untuk dikonsumsi. By the way bila kalian pernah nonton serial drama korea "What's Wrong with Secretary Kim" , nah ada tuh adegan lagi nyari kerang seperti ini, heuheuheu.



Lalu perjalanan kita lanjutkan dengan mendaki bukit merese, niatnya sih mau sunsetan. Sampai di atas, ternyata udah rame banget cui, ada yang lagi syuting pula, adegannya adalah Perang Peresean, lengkap dengan penabuh alat musiknya. Enggak tahu sih itu syuting apa, aku enggak nanya, cuma menikmati saja. Bukan hanya wisatawan lokal yang nongkrong dsini, wisatawan mancanegara pun banyak. Mereka duduk duduk sambil foto foto, sekaligus menanti terbenamnya matahari.




Niat untuk sunset-an ternyata pupus, heuheuheu, si kecil rewel minta pulang, ya sudah daripada nangis, kita akhirnya beranjak dari tempat ini, berjalan turun menuju parkiran dan pulang....

2 comments:

  1. Kerjaanku pas kecil juga cari kerang seperti itu hahahaha.
    Itu ada yang bikin video mas :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. jaman cilikku golek kerang, tapi nang kali

      Delete

Silakan Meninggalkan Jejak di Kolom Komentar