21 December 2023

Motoran ke Puncak Gunung Telomoyo Magelang


Salah satu tujuan motoran yang sudah dari lama pengen kita datangi akhirnya di weekend ini kesampean. Yaitu sebuah gunung yang bisa kita capai puncaknya tanpa harus lelah lelah berjalan kaki, namanya adalah Gunung Telomoyo. Secara lokasi, gunung ini terbagi menjadi dua, sebagian masuk wilayah Kabupaten Magelang dengan pintu masuk di Dalangan, dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Semarang, dengan pintu masuk di Pagergedog.

Dari Kebumen kita berangkat sekitar pukul 06.15 WIB dengan 3 motor, ada Nmax, ADV dan Vario 160. Rencana kita mau sarapan dulu di daerah Kutoarjo. Setelah muter muter di sekitar alun alun, akhirnya kita memutuskan untuk sarapan Soto Tangkar saja, penjual soto gerobag ini mangkal tiap pagi di belakang kawedanan.

Kemudian kita lanjutkan perjalanan ke arah utara melewati daerah Bruno - Kepil - Pulosaren - Kajoran - Kaliangkrik dan tembus Kota Magelang. Kita berhenti di salah satu SPBU untuk menambah isi tanki bahan bakar. Isinya belum habis sih, ya biar dalam kondisi full lagi, jadi lebih tenang untuk nanjak gunung dan balik pulang.

Kemudian kita langsung gas lagi menuju arah Grabag - Ngablak dan tembus pintu masuk Gunung Telomoyo via Dalangan. Parkirannya luas banget dan banyak mobil jeep terparkir yang siap mengantarkan pengunjung sampai puncak. Jadi di gunung telomoyo ini, pengunjung bisa sampai puncak dengan menggunakan motor pribadi, kalau kalian kesini naik mobil bisa sewa jeep atau sewa motor juga ada, untuk harganya aku kurang tahu ya, karena enggak sempet nanya ke petugas. Biaya tiket masuknya 15 ribu rupiah aja per orang, dan loket ini buka 24 jam.






Akses jalan menuju ke puncak sudah aspal meskipun di beberapa titik ada lubang dan tambalan. Tidak lebar dan banyak tikungan, tapi masih aman untuk dilalui motor. Di  beberapa tikungan viewnya juara banget, kita bisa lihat beberapa gunung dari spot ini, yang paling jelas dan paling dekat sih gunung andong ya, oia kalau kalian cermat, bisa juga melihat hamparan Rawa Pening. Kalau lapar tenang saja di sepanjang jalan menuju puncak ada beberapa cafe dan warung sederhana.



Saat sampai puncak gunung telomoyo malah agak mengecewakan karena viewnya kurang bagus, tertutup warung warung dan tower. Kita cuma parkir bentar di puncak buat istirahat sambil ngopi ngopi, yang kemudian lanjut lagi turun dan berhenti di tikungan yang viewnya juara. Sesampainya di bawah, pas banget adzan dhuhur, sehingga kita putuskan untuk ishoma dulu di Masjid Al Kautsar yang lokasinya di parkiraan utama.

Untuk mengisi perut, kita lanjutkan perjalanan menuju tempat makan bernama Omah Latareombo yang berlokasi di Jalan Magelang - Salatiga, Pakis, Magelang, tidak terlalu jauh dari Telomoyo. Btw dulu aku udah pernah makan di tempat ini saat mau menuju ke Semarang. Tempat parkirnya luas, dan tempat makannya juga luas, makanannya bervariasi, enak dan pemandangannya juara.

Berhubung pas makan siang dan weekend, kondisi rumah makan ini rame banget, kita dapat tempat duduk di lantai dua, di selasarnya, dengan view gazebo gazebo di bawah dan ijonya kebun sayur di sekitar tempat makan ini




Selepas perut kenyang kita lanjut lagi ke spot berikutnya yaitu hutan pinus kragilan, lokasinya tidak jauh dari tempat kita makan. Dulu tempat ini sempat viral banget, tapi sekarang sepertinya sudah meredup, meskipun tetap ada aja pengunjungnya. Tiket masuknya 10 ribu rupiah per orang untuk hari biasa dan 12.500 per orang untuk  hari libur.

Hal yang membuat tempat ini menarik adalah jalan cor yang membelah hutan pinus ini, komposisinya sangat fotogenik untuk background foto foto. Fasilitasnya juga lumayan lengkap, ada parkiran luas, toilet, tempat makan (warung), penyewaan tikar dan hammock. Kitas disini tidak lama, cuma foto foto bentar lalu lanjut turun ke arah Candimulyo untuk hunting durian.



Di sepanjang jalan di daerah Candimulyo banyak penjual durian di tepian jalan, ada yang mendirikan warung kecil, juga ada yang jualan di teras rumah. Di sepanjang jalan ini juga bisa kita lihat barisan pohon durian yang tingginya luar biasa, ada mungkin 30 - 50 meter tingginya. Kita berhenti di dua tempat penjual durian, yang pertama kita makan di tempat, rasanya kurang memuaskan, ada yang anyep (tak berasa) ada pula yang manis dengan sedikit rasa asam, enggak ada pait paitnya. Akhirnya kita geser penjual lain untuk beli lagi dan dibawa pulang. 







14 December 2023

Touring ke Banjarnegara Sampai Perbatasan Pekalongan | Hunting Durian Kamun dan Mimang

 
Berhubung ajakan touring di group komplek dan komplek tetangga kurang mendapat sambutan yang meriah seperti sebelum sebelumnya, akhirnya kita berangkat bertiga aja. Sesuai rencana yang disepakati, kita gass ke arah utara menuju Banjarnegara. Pukul 06.30 WIB berangkatlah kita melewat jalur Karangsambung yang lumayan menanjak tapi asik, lanjut lewat Pagedongan dan tembus Kota Banjarnegara.

Alhamdulilah cuaca pagi ini sangat bersahabat, mendung mendung syahdu, udara sejuk menemani perjalanan kita. Sampai di Alun Alun Banjarnegara, ternyata rame banget, kondisinya mirip CFD namun kendaraan masih bebas melintas, kita mampir di salah satu warung soto sokaraja untuk sarapan sambil ngeteh pagi. Pilihan sotonya ada dua, yang memakai daging ayam dan daging sapi. Buat kalian yang belum pernah tahu tentang soto sokaraja, kuliner ini tuh punya ciri khas yaitu adanya tambahan bumbu kacang. Unik banget rasanya.

seporsi soto sokaraja

Selepas mengisi perut, kita lanjut perjalanan ke utara menuju daerah kalibening, jalurnya berkelak kelok dan menanjak, dengan melewati pemukiman, kebun salak, kebun teh, sawah dan banyak sekali sungai hingga akhirnya kita sampai ke sebuah tanjakan yang lumayan ekstrim tapi cantik viewnya. Alhamdulilah kondisi sawah di sekitar tanjakan ini sedang bagus, hijau kekuningan. Di media sosial, spot ini bernama Tanjakan Semingkir Kalibening.
 
Oia ada pula sebuah cafe yang masih aktif beroperasi, namanya naksir kopi. Kita enggak mampir di cafe ini karena memang baru aja sarapan, perut masih penuh. Cuma mampir sebentar di sebuah spot di atas cafe naksir kopi ini, kalau di google maps, spot yang kita datangi ini adalah sebuah warung, masih ada foto fotonya. Namun saat kita datangi ternyata sudah tidak beroperasi, namun masih oke buat foto foto dan duduk duduk istirahat. View dari sini cakep banget lho, terlihat sawah hijau menguning yang berundak undak dengan jalan raya yang menikung.
 



Setelah puas menikmati pemandangan  di tanjakan semingkir ini, kita lanjut lagi ke utara menyusuri jalan aspal  mulus yang masih terus menanjak, hingga bertemu hutan pinus yang cakep banget dengan hawa yang lumayan dingin, udah pake jaket pun, masih terasa dinginnya. Kita berhenti sejenak di depan sebuah tempat wisata Kalianget Mangunan. Infonya , tempat wisata ini adalah tempat pemandingan air hangat. Namun kita enggak masuk, dan lanjut lagi berkendara.

Memasuki area Pasar Kalibening, perjalanan menjadi sedikit tersendat karena jalanan penuh. Di kanan kiri jalan banyak yang parkir kendaraan, sedangkan di jalannya ada kendaraan yang lewat dari 2 arah yang berbeda, penuh sesak, ditambah pas ada truk lewat, harus sabar sabar gantian dah.

Setelah sampai di Pasar Kalibening ini sebenernya rencana awal ambil belok ke kanan untuk muter menuju Kebun Teh Kertosari lanjut lewat karangkobar, namun karena udah dekat dengan kabupaten pekalongan, akhirnya ambil kanan hingga mentok ke Perbatasan Kabupaten Banjarnegara - Pekalongan. Pas banget di perbatasan kabupaten ini ada landmark nya yang sering jadi spot foto foto. Di sekitar sini juga banyak warung yang dipenuhi para pemotor luar kota serta dikelilingi oleh kebun teh kaliboja. Lumayan adem lho hawa di sini.



Kemudian lanjut balik lagi ke pasar kalibening, ambil arah timur menuju Kebun Teh Kertosari - Wanayasa - Karangkobar dan singgah ke sebuah tempat wisata bernama Tikako. Secara adminsitratif, tempat ini masuk wilayah Desa Kalilunjar, Kec. Banjarmangu, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.

Awalnya kita memang mau makan siang disini, karena pas banget jam makan siang. Untuk masuk ke tikako ternyata ada tiket masuknya lur, bayar 15 ribu per orang dan mendapat 1 teh botol sosro. Untuk pemesanan makanan, bisa langsung disini juga, karena tempat makannya tersebar di sekitar sungai yang ada di sebelah pintu masuk ini. Info dari penjaganya, untuk order makanan bisa via WA, jadi pas di kasir difoto menu makanannya, kemudian kita jalan mencari spot makan, baru kirim WA makanan yang akan dipesen, biar gak bolak balik.





Setelah minta nomor kontak WA dan fotoin semua menu makanannya, kita lanjut jalan mencari tempat duduk untuk makan. Ada  banyak spot yang bisa dipilih, ada bilik bilik berbentuk segitiga tanpa meja, bisa juga di bawah di sekitar sungai, bahkan ada spot meja kursi makan yang di sungainya, jadi pengunjung bisa makan sambil kaki terendam air sungai dangkal. Bisa juga jalan naik mengikuti jalur yang ada. Uniknya disini juga ada air terjunnya lho, cakep banget buat foto foto. Setelah kita sampai di atas air terjun, rasanya kok jadi malas ya makan disini, heuheuheu. Kita cuma foto foto, istirahat bentar sambil menghabiskan teh botol lalu lanjut keluar untuk mencari tempat makan yang lain 

Berdasarkan rekomendasi dari temen, akhirnya kita makan siang di Omah Dawet Ayu aja, lokasinya berada di Desa Petambakan, Kec. Madukara, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Di sini sistemnya prasmanan gitu, uniknya ada beberapa pilihan karbohidrat, mulai dari nasi putih, nasi merah, nasi jagung dan satu lagi gak tahu namanya, mirip tiwul. Untuk pilihan sayur dan lauknya lumayan banyak, sampe bingung. Aku pun cuma ambil nasi putih, nila bumbu kuning dan sayur. Untuk minumnya bisa pesen di sebelahnya, bisa dawet ayu ataupun yang lain. Pilihan tempat duduknya juga banyak, bisa di dalam bangunan utama ini, atau bisa juga lesehan di belakang.



Perut sudah terisi, kita lanjut ke spot terakhir yaitu pengepul durian. Banjarnegara memang menjadi salah satu penghasil durian yang maknyuss, sebut saja jenis durian Kamun dan Mimang yang menjadi primadona daerah ini. Tempat kita berburu durian yaitu di daerah Lemahjaya. Saat sampai sana, terlihat ada banyak banget durian di teras rumah. Wah seneng banget donk kita, bisa puas pilih pilih durian, eh ternyata durian itu sudah laku semua lur, dan sedang dalam proses memasukkan ke dalam mobil untuk dibawa ke Jakarta. Heuheuheu

Bapak pemborongnya ini baik banget lho, tahu kita kehabisan duren lokal, beliau bukain dua durian dan mempersilahkan kita kita untuk menyantapnya. Alhamdulilah kita pun menikmati durian gratis ini sambil melihat porses pengangkutan duren ke dalam mobil avanza. Setelah semua duren dimasukkan dan mobil penuh dengan ratusan duren. Mereka pun langsung cabut menuju Jakarta.

Kirain habis beneran lho durennya, eh ternyata di dalam rumah masih ada beberapa durian jenis montong, ada yang mimang dan kamun. Ya sudah daripada pulang tanpa bawa duren, kita pun coba pilih pilih, dengan dibantu oleh penjualnya. Yang mimang harganya 45 ribu per kg, sedangkan yang kamun harganya 50 ribu per buah. Aku pun mengambil yang mimang aja dua buah, setelah ditotal harga dua buah ini sekitar 150 ribuan.





5 December 2023

Hunting Durian Pithie ke Kaligesing Purworejo

Di weekend kemarin kita sekeluarga mudik ke Purworejo karena ada undangan ulang tahun dari embahnya anak anak. Berangkat dari Kebumen sepulang anak anak sekolah, kita sampai ke lokasi yaitu Resto ABK di Jalan Brigjend Katamso, Borokulon, Purworejo sekitar pukul 13.00 WIB. Ternyata sampai sana, udah banyak yang datang, kita telat donk, heuheuheu, langsung kita menyapa dan menyalami satu persatu tamu yang datang.


Kemudian kita langsung pesan makanan yang ada di buku menu, sedangkan tamu tamu yang lain udah mulai disajikan makanannya. Lumayan lengkap pilihan menunya, dengan harga yang agak di atas rata rata tempat makan di Purworejo.
 
Resto ABK (Ayam Bakar Bambu Kuning) ini memang menjadi salah satu rekomendasi tempat makan di Purworejo. Tempat parkir luas, Restonya juga luas, dan bisa disewa untuk berbagai acara mulai dari meeting kantor hingga wedding. Aku sudah pernah beberapa kali makan disini dan sekali kondangan di resto ini.
 


Pelayanan cepat karena memang pegawainya banyak, sat set sat set lah pokoknya. Setelah semua hidangan selesai dinikmati, acara berikutnya adalah foto foto. Kita berfoto dulu bersama sama di depan resto nya, yang kemudian dilanjut pulang ke rumah masing masing.
 
Alih-alih pulang, aku mengajak adikku dan temennya untuk hunting duren ke arah Kaligesing, mumpung ini lagi musimnya durian. Rencananya mau nyari yang jenisnya pithie, karena aku udah pernah coba. Tempatku mencari durian pithie ini lokasinya di sebelah timur kantor polsek kaligesing, kira kira berjarak 9 kilometer dari Alun Alun Purworejo. Beliau menjual durian di teras rumah, di depannya ada banner dengan tulisan Durian Pithie.


Durian Pithi ini adalah Durian lokal berukuran mini yang dikenal dengan cita rasa yang unik dan berbeda. Rasa manis dan pahit terasa sangat melekat bagi para penggemarnya, termasuk aku, heuheuheu. Menurut info yang kudapat, Rata-rata dari pohon durian pithi ini sudah berusia tua dan warisan turun-temurun. Umurnya tidak hanya puluhan tahun, melainkan banyak yang sudah berusia 100 tahun lebih. 
 
Banyak juga yang menyebutnya durian lato-lato, karena ukurannya memang kecil dan kalau diikat dua mirip permainan yang lagi viral  beberapa waktu lalu. Ciri khas durian pithi ini buahnya kecil, kulitnya tipis namun daging buah duriannya lumayan tebal, warnanya dominan kuning, cita rasanya luar biasa, manis dominan pahit dan legit. Karena kulitnya yang tipis, menjadikan durian jenis ini tak gampang merekah. Rasa dan aromanya menjadi benar-benar terjaga. Begitu si pithi dibelah, aroma wanginya akan menusuk hidung, tekstur daging buahnya juga kesat. 
 


Salah satu cara menjaga cita rasa durian pithi yakni dengan selalu ditunggu sampai masak pohon. Petani lokal biasanya menunggu buah jatuh sendiri. Hal itulah yang membuat kualitas durian pithi lebih terjamin. Meskipun berkualitas, durian pithi memang tidak setenar durian jenis lain. Sebab durian ini dipasarkan dengan mengandalkan para tengkulak. Harganya cukup murah, mulai kurang dari Rp 20.000 sampai Rp 40.000 saja. 

Di warung durian ini kita habis 4 durian yang dimakan di tempat, dan nambah 5 durian lagi untuk dibawa pulang. Mantap jiwaaaa. Oia, aku juga udah pesen 8 durian lagi untuk besok, jadi rencananya aku besok sebelum kembali ke kebumen, aku mampir dulu ke tempat ini dan ambil durian lagi untuk oleh oleh. 



Keesokan harinya, sekitar pukul 15.15 WIB aku sampai lagi di warung durian ini, ternyata stok durian di warung tinggal sedikit, tapi tenang, kata penjualnya sekitar 5 menit lagi ada stok baru yang datang, langsung dari kebun. Dan benar saja, 5 menit kemudian datang 1 motor dengan dua keranjang besar di kanan kiri motor yang penuh dengan durian. Aku langsung disiapkan 8 durian dengan mengikatnya menggunakan tali rafia agar mudah dibawa. 

Setelah berhasil membawa durian dari Kaligesing, kita lanjut balik pulang ke Kebumen, namun sebelumnya kita mampir dulu makan sore dengan menu soto semarang, tapi enggak perlu ke Semarang karena di Purworejo ada rekomendasi soto semarang yang maknyus lezatos kotos kotos, yaitu Soto Kharisma. Lokasinya di Jalan Ahmad Yani, sebelah timur kantor Pegadaian Purworejo.



Seperti halnya soto semarang di tempat lain, soto disini disajikan dengan mangkok yang ukurannya lebih kecil dari mangkok biasanya. Biasanya kalau makan disini aku langsung pesan 2 mangkok, heuheuheu, tapi untuk kali ini aku pesan 1 dulu, nah setelah abis, ternyata masih kurang puas, lalu aku pesan 1 mangkok lagi. Satu lagi yang khas di sini adalah tempe gorengnya yang dipotong panjang panjang, sangat nikmat saat disantap setelah digoreng, masih anget anget gitu.