Karena lagi pengen makan mendoan, yang bener bener mendoan, sore itu kita meluncur ke spot kuliner mendoan yang lumayan jauh dari rumah, yaitu di area Waduk Sempor. Di sekitar waduk ini memang banyak warung yang menjajakan makanan dengan menu utama mendoan, baik itu yang ukuran normal maupun yang jumbo/raksasa. Satu yang paling terkenal dan viral adalah warung mendoan mbak suci sotang, dia begitu populer karena parasnya yang cantik mirip Syahrini, heuheuheu, banyak banget youtuber yang udah banyak bikin konten di warung itu, coba aja cari sendiri di youtube kalau penasaran.
Tapi kali ini kita enggak ke warung itu, karena biasanya rame terus, dan lokasinya yang di pinggir jalan persis, bukan di pinggir waduknya. Kita maunya makan mendoan dengan pemandangan waduk, sedangkan kalau dari segi rasa sih, kayaknya sama aja ya.
Kita pesan tiga mendoan, eh yang datang ternyata mendoan raksasa (amba), tapi sebenarnya ini ukuran tempenya normal sih, cuman dalam satu mendoan terdiri dari dua tempe yang disambung, berbeda dengan yang dulu pernah aku beli di warung sebelah, disana ukurannya benar benar jumbo untuk satu tempe, sepiring penuh dah ukurannya. Untuk teman makan tempe mendoan, ada pasangan setia yang tersedia di meja, yaitu kecap dengan potongan cabe rawit. Selain tempe di warung ini juga tersedia mie rebus/goreng.
Setelah perut kenyang terisi mendoan, kita langsung cuss jalan kaki ke bendungannya. By the way tidak ada tiket masuk untuk masuk ke area bendungan, cukup membayar parkir kendaraan saja. Para pedagang makanan ternyata tidak hanya ada di sekitar tempat parkir, bahkan di atas bendungannya pun ada yang jualan mainan, sosis bakar dan spot penyewaan skuter otoped.
Kita sewa 1 skuter untuk main main di atas bendungan ini dengan tarif 20 ribu, sepuasnya. Sore ini suasana bendungan bisa dibilang tidak terlalu ramai, tapi lumayan lah ada beberapa muda mudi yang nongkrong sore sambil pacaran. Tempat ini memang sudah jadi alternatif tempat wisata dan nongkrong, terutama di sore hari, hawa lumayan sejuk disini plus pemandangan yang indah
Namun ternyata dibalik keindahan dan kesejukan udaranyam ada kisah historis yang melatarbelakangi terbentuknya bendungan sempor.
Asal usul waduk Sempor ini dimulai sekitar tahun 1916, dimana pemerintah Belanda yang saat itu berkuasa tengah mencari lahan guna dibuat sumber air yang besar untuk irigasi dan kebutuhan harian warga sekitar. Jadi, dibentuklah tim investigasi. Hingga selang beberapa waktu teridentifikasi bahwa salah satu wilayah di kecamatan Sempor Kebumen tepatnya di desa Sempor cukup potensial untuk dijadikan bendungan.
Butuh waktu sekitar 30 tahunan lebih untuk melanjutkan projek penelitian tersebut.
Akhirnya sekitar tahun 1950-an, penelitian tersebut kembali dilanjutkan oleh para ahli.
Hal pertama yang dilakukan pihak berkepentingan waktu itu adalah melakukan pembebasan lahan. FYI, dulu, area bendungan sempor yang sekarang ini ada adalah area pemukiman warga lho. Sehingga, untuk bisa mengubahnya menjadi projek bendungan maka mau tidak mau harus mengosongkan lahan tersebut.
Warga yang rumahnya terkena dampak pembebasan lahan menerima ganti rugi dari pemerintah.
Sebagian besar warga yang mengalami dampak pembebasan lahan tersebut akhirnya memutuskan untuk pindah.
Sebagian besar bertransmigrasi ke daerah Sumatera, yaitu Riau dan Jambi. Sementara sebagian warga yang tetap ingin menetap di Sempor, memilih untuk menggeser lokasi pemukiman mereka.
Setelah sengketa pembebasan lahan dianggap selesai, pada tahun 1958 baru dimulailah pengerjaan waduk yang dalam bukti naskah tertulis dinamai dengan “Proyek Sempor”.
Selang beberapa tahun kemudian tepatnya 1967, terjadi bencana yang akan selalu diingat oleh Masyarakat Kebumen dan warga Sempor pada khususnya.
Bendungan Sempor yang dulunya dibangun hanya menggunakan tumpukan tanah menggunung itu akhirnya jebol dan menyebabkan banjir besar yang mengerikan.
Tercatat, 127 korban meninggal dunia pada kejadian naas tersebut.
Kejadian menyedihkan tersebut terjadi sekitar awal bulan puasa sekitar jam 10 malam. Sejak kejadian tersebut, proyek waduk tidak dilanjutkan hingga kurang lebih 8 tahun.
Selama kurun waktu tersebut, tragedi waduk Sempor jebol dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan.
Sampai suatu saat direncanakanlah kembali pembangunan bertajuk renovasi waduk sempor pada masa presiden Soeharto. Hingga akhirnya proyek tersebut dinyatakan rampung pada tahun 1978.
Sebelum diresmikan, dibangunlah Monumen di salah satu titik sebelah utara Waduk.
Monumen tersebut dibangun dalam rangka mengenang tragedi Jebolnya Waduk Sempor. Sebagai simbol kenangan, monumen tersebut dilengkapi dengan prasasti yang bertuliskan nama-nama korban meninggal pada tragedi tersebut.
Termasuk juga tercantum, sejumlah nama pekerja pembangunan Projek Sempor yang meninggal saat pengerjaan proyek.
Pada prasasati tertulis sebuah tagline dengan beberapa buah kata: "Paraboga, Paradipta, Paritirta, Pariwisata" yang artinya apa aku enggak tahu, heuheuheu.
Selain spot yang di atas bendungan ini, sebenarnya ada beberapa spot lain yang bisa kita kunjungi, yang pertama yaitu ada Taman Bermain Anak Wahana Tirta Lestari, lokasinya tidak jauh dari tempat parkir. Di tempat tersebut terdapat beberapa permainan anak seperti ayunan perosotan dll.
Selain itu ada pula Taman Pokdarwis Mukti Marandesa, spot ini pernah aku ulas secara khusus di artikel yang lain, kalau mau baca lengkap, bisa klik disini. Di tempat tersebut banyak gazebo/saung untuk tempat makan dan di bawahnya terdapat perahu yang bisa dinaiki keliling waduk.
Ada pula spot lubang keluarnya air dari bendungan, yang merupakan area dari PLTA. Spot ini bisa kita saksikan langsung dari tepi jalan sebelum sampai ke waduk sempor.
Baru tahu sebegitu ramainya di Waduk Sempor. Tapi cocok sih misale bawa kendaraan roda empat lanjut main skuter atau gowes di sini
ReplyDeletePrihatin ya. Bangunan yang seharusnys untuk kesejahyeraan masyarakat berubah menjadi malaikat pencabut nyawa
ReplyDeletePernah lihat di tiktok video soal mendoan super gede ini. Ngiler banget. Cukup buat makan siang sama makan malam itu 😁
ReplyDeleteSudah lama rasanya gak makan mendoan. Terakhir kali pas k Banjarnegara. Klo d Lombok jarang ada mendoan, yg ada gorengan tempe hehehe
ReplyDelete