29 November 2021

Istirahat Sejenak di Tugu Batas Kota Cilacap - Banyumas

 
Tanggal 17 Agustus 2021 saat peringatan kemerdekaan RI ke 76, kita ada acara keluarga di Cinangsi Cilacap, seberes ikut upacara online via youtube, dan setor foto sedang mengikuti upacara, kita pun langsung cuss.

Alhamdulilah sekarang berdomisili di daerah Kebumen, jadi saat ada acara keluarga di Cilacap bisa langsung berangkat lewat jalur darat. Biasanya cuma bisa setahun sekali pas lebaran, itu pun sebelum pandemi. Pas pandemi, lebaran enggak pulang, heuheuheu, selain karena ribet persyaratan administrasi, biayanya juga mahal.


Meskipun masuk wilayah cilacap, tempat yang aku datengin ini jaraknya lumayan jauh dari pusat kota, justru lebih dekat dengan perbatasan Provinsi Jawa Barat. Satu hal yang selalu terkenang saat menuju Cinangsi adalah saat melewati jalan lumbir yang meliuk liuk, alhamdulilah sekarang jalannya udah full mulus, lha dahulu bolong bolong, bikin tambah pusing dan mual.

Kemarin saat perjalanan dari Kebumen ke Cinangsi kita mampir dulu ke sebuah spot bernama Tugu Batas Kota, yang merupakan bangunan penanda perbatasan Kabupaten Banyumas dan Cilacap. Tidak ada yang istimewa sih dengan spot ini, cuman kita pengen merasakan aja nongkrong di tepian jalan lumbir dengan hutan pinus di belakangnya, kayaknya adem gitu ya.


FYI, Tugu ini diresmikan pada hari Selasa, tanggal 23 Januari 2007 oleh Bupati Banyumas Bapak H.M.Aris Setiono,S.H,S.IP sebagai tempat istirahat dalam perjalanan. Lokasinya yang strategis membuat banyaknya pengendara baik motor atau mobil yang melintasi jalur selatan ini bisa sejenak memanfaatkan tempat ini untuk beristirahat, hanya sekedar makan atau minum bahkan melepas rasa kantuk dalam perjalanan. 
 
Cuman sayangnya tempat ini terlihat tidak terawat ya, cat sudah pada luntur, tempat sampah juga cuma tinggal satu, keramik di dinding juga sudah pada lepas. Seandainya dikembangkan, lokasi di sepanjang jalan lumbir ini bisa berpotensi jadi tempat wisata lho, jalannya bagus berkelak kelok, pemandangan bagus, juga lumayan adem dengan adanya hutan pinus di beberapa spot. Semoga kedepannya lebih diperhatikan


Di tugunya terdapat logo Kabupaten Banyumas, sekilas kubaca ada slogan di logo itu yaitu "rarasing rasa wiwaraning praja". Setelah kubaca di internet, ternyata bisa diartikan sebagai "rasa yang serasi dari masyarakat merupakan pintu gerbang untuk memasuki daerah atau negara yang dicita-citakan". 

Siang itu kita udah bawa bekal makan dari rumah, sengaja memang untuk dimakan di perjalanan, yaitu ya di tugu ini. Kulihat sih tidak ada warung yang menjual makanan di sekitar sini, entah karena sedang pandemi tau memang enggak ada. Awalnya sih cuma kita aja yang nongkrong disini, kemudian datang lagi dan lagi, berhubung sudah agak ramai, kita pun cabut dari tugu ini dan melanjutkan perjalanan menuju Cinangsi yang jaraknya sudah tidak jauh lagi.



***

Peta Lokasi Tugu Batas Kota Banyumas-Cilacap



Share:

22 November 2021

Mlipir ke Bendung Kaligending Kebumen | Jembatannya Ambrol


Kedatanganku ke bendungan ini sebenernya tidak direncanakan. Waktu itu kita sedang dalam perjalanan pulang dari Bukit Pentulu Indah. Nah saat melewati Jalan Karangmbung - Kebumen, di sebelah kanan kulihat ada bangunan bendungan yang khas dengan warna birunya, sebenernya sih tadi pas berangkat juga lewat jalan sini, cuman enggak ngeh aja.

Karena masih ada waktu buat mampir, akhirnya aku belokkan kendaraan ke arah Bendungan ini, parkirannya ada di tepi jalan karena memang bangunan bendungan ini berada di tepi Jalan Raya Karangsambung, sehingga tidak ada penjaga pintu masuk ataupun tukang parkir.


Sore itu sudah ada beberapa pengunjung, sepertinya sih masyarakat sekitar sini saja, hal ini terlihat dari tidak adanya helm yang dicantolin di motor motor.

Berlokasi di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, bendungan yang membendung aliran sungai luk ulo ini ternyata sudah lumayan lama diresmikan, yaitu pada tanggal 28 Maret  1992 oleh Ir Hartarto selaku Menteri Perindustrian waktu itu. Di samping kiri bendung terdapat alat pengukur curah hujan. Ada pula tugu prasasti peresmian dan sejumlah roda pintu air pada dua bangunan kecil yang mengatur aliran ke saluran di sebelah kiri bendung.Terlihat juga satu panel solar cell, entah untuk apa aja tenaga listrik dari matahari ini dialirkan.



Beberapa hal yang aku lihat di sekitar bendungan ini adalah
  1. Banyak pemancing yang nangkring di beberapa sudut bendungan. Hal yang lumrah dari bangunan bendungan, yaitu sebagai spot cantik untuk mancing.
  2. Di aliran sungai luk ulo, di bawah bendungan terlihat bongkahan-bongkahan beton yang sepertinya dulu bisa dimanfaatkan untuk menyeberang dari satu sisi sungai ke sisi seberangnya. Sepertinya sih ambrol berkat terjangan banjir beberapa tahun lalu. Sayang sekali sampai sekarang belum diperbaiki.
  3. Karena bangunan jembatan ambrol, beberapa warga kulihat sangat berani menyeberang bendungan melewati lantai bendungan yang masih tergenang air dengan menaiki motor. Berhubung sekarang musim kemarau, debit air di sungai luk ulo menjadi tidak besar, sehingga lantai bendungan pun bisa terlihat dan bisa dilewati. Persis dengan yang kulihat di bendungan kedung samak kebumen, motor berlalu lalang di dasar bendungan.
  4. Di seberang terlihat sebuah area semacam tempat wisata, ada banyak bangunan gazebo dengan hiasan warna warni di sekelilingnya. Ada tulisan besar "Taman Balai Malang" di dinding bendungan di seberang. Seandainya masih ada jembatan, bisa nih kita jalan kaki ke taman tersebut, sayang sekali jembatannya ambrol.


Bangunan bendungan yang salah satu tujuannya adalah untuk mengendalikan banjir di hilir, di tempat ini justru mengakibatkan banjir di arah hulu, yaitu sekitar tahun 1998/1999 lalu.
 
Masyarakat terdampak banjir berpendapat bahwa adanya mercu bendung mengakibatkan tinggi sungai di hulu menjadi naik, yang pada akhirnya menyebabkan banjir.  Akibat dari desakan masyarakat, pada tahun 1999 tubuh bendung dibongkar hingga lantai dasar bendung, sedangkan dinding penahan bendung, pintu intake, pintu pembilas, pilar pengarah aliran, dan lantai olakan masih dibiarkan pada posisinya
 

Tapi ternyata, beberapa tahun berikutnya setelah dibongkar, sisi hulu bendungan masih banjir, jadi bisa dipastikan bahwa bangunan bendungan ini bukanlah satu satunya penyebab banjir di arah atas bendungan. Ya semoga sih sekarang dan besok besok sudah tidak ada banjir lagi. Aamiin

Tidak banyak yang bisa kita lakukan disini, cuma duduk duduk aja, foto foto sembari melihat aktifitas warga sekitar di bendungan ini. Seandainya ada jembatannya, kita bisa tuh mampir ke Taman di seberang sungai.



***

Peta Lokasi Bendung Kaligending, Kebumen



Share:

15 November 2021

Mampir ke Gerbang Samudraraksa Lanjut Ngopi di Fasade Jogja


Postingan kali ini adalah lanjutan dari cerita beberapa waktu lalu saat aku ngajakin anak dan istri buat jalan jalan dadakan ke Magelang. Singkat cerita setelah makan di Mcd Tentara Pelajar lalu nongkrong di Alun alun magelang, kita balik ke Kebumen tapi ambil jalur yang muter jauh lewat Jogja, heuheuheu, bener bener iseng dan kurang kerjaan dah. 

Namun kita enggak langsung cuss kebumen, tapi mampir dulu ke 2 spot. Nah spot yang pertama adalah Gerbang Samudraraksa. Kata "gerbang" disini menandakan bahwa titik tersebut adalah gerbang perbatasan antara Kulonprogo Jogja dengan Magelang. Sedangkan kata "Samudraraksa" merujuk pada sebuah kapal kayu yang terinspirasi dari relief Candi Borobudur. Kini kapal samudraraksa ini ada di museum khusus di komplek candi borobudur. By the way kapal legendaris ini pernah berlayar jauh dari Jakarta tanggal 15 Agustus 2003 dan finish di Pelabuhan Tema, Accra, Ghana, Afrika pada tanggal 23 Februari 2004. Mantap.


Bila dari arah Jogja, Gerbang Samudra Raksa ini berada di sisi kanan jalan, Kawasannya dilengkapi dengan rest area, serta kios-kios makanan, suvenir, dan UMKM, namun sayang sekali objek wisata ini belum dibuka untuk umum, entah kenapa, mungkin karena lagi pandemi corona ya. Gerbang Samudra Raksa ini dibangun sebagai gerbang masuk menuju tepat wisata Candi Borobudur bagi wisatawan yang datang dari Bandara International Yogyakarta atau biasa dikenal dengan Yogyakarta International Airport (YIA).

FYI, Ada 3 pintu gerbang masuk kawasan wisata Borobudur yang dibangun lagi selain Gerbang Samudra Raksa ini lho, Gerbang itu adalah Gerbang Singa, Gerbang Kalpataru dan Gerbang Gajah. Aku sendiri sih belum pernah mendatangi ketiga proyek gerbang tersebut, karena kayaknya memang belum selesai deh pembangunannya.


Gerbang Singa dibangun di Palbapang Mungkid. Gerbang itu merupakan pintu masuk bagi wisatawan yang berasal dari arah Yogyakarta. Gerbang Kalpataru di Blondo Mungkid. Gerbang Blondo ini merupakan pintu masuk wisatawan yang berasal dari arah Semarang. Sedangkan Gerbang Gajah dibangun di Kembanglimus Borobudur. Gerbang ini merupakan pintu masuk wisatawan dari arah Kabupaten Purworejo. Seluruh ikon-ikon ini diambil dari relief Candi Borobudur. Semoga di tahun 2022 ini sudah selesai semua dan dibuka untuk umum.


Berhubung area utamanya masih ditutup, kita pun cuma jalan sebentar ke seberang, menuju area warung warung. Bukan mau makan sih, tapi nyari toilet, heuheuheu, dan alhamdulilah ada toilet yang bisa digunakan, bersih pula. Setelah itu kita pun langsung cabut menuju Jogja sebelum pulang ke Kebumen.

Di Jogja rencana mau nongkrong sore di Padiku Coffee di daerah Sinduharjo, Ngaglik Sleman, namun sayang sekali di tengah perjalanan ternyata hujan deras, sehingga lalu lintas melambat, pas sampai area jogja nya sih udah reda namun udah terlalu sore, dan pas sampai ke parkiran Padiku, ditanya ama tukang parkirnya, apakah sudah reservasi atau belum, aku bilang belum, lalu beliau pun menyarankan untuk reservasi dlu, dikarenakan gerimis, jadi area outdoor pun tidak bisa digunakan, sehingga tempat duduk sangat terbatas di dalam.

Aku lalu buka IG nya, dan mendapat nomor HP untuk booking, namun lumayan lama enggak direspon, ya sudah kita pun cabut dari parkiran padiku, nyari tempat ngopi yang deket deket sini aja, karena hujan semakin deras. Dan mlipirlah kita ke Fasade Coffee and Space, di Jalan Kaliurang, yang lokasinya cuma 500 meter saja dari Padiku. Sebenernya banyak sih pilihan yang lain di Jalan Kaliurang, cuman karena udah semakin sore dan hujan deras, kita mampir ke yang paling dekat saja.
 
 
Fasade Coffee ini sebenarnya sudah masuk dalam list "Want to Go" di google maps, udah lama banget aku tandain, dulu seingatku keren banget lho kedai kopi ini. Tapi kondisi sekarang beda banget ya, heuheuheu. Pas nunggu pesanan datang, aku iseng iseng buka google maps dan lihat lihat foto dari pengunjung setahun lalu, beneran beda banget kondisinya, dulu sepertinya sempat hits nih kedai kopi, namun sekarang sepi, mungkin karena makin kesini makin banyak tempat nongkrong di Jogja ya. Tapi justru jadi nyaman sih, sepi, enggak berisik pengunjung lain, justru malah anak anak kami yang bikin berisik cafe, heuheuheu.





Menu yang tertera di buku menu lumayan bervariasi, namun ternyata banyak yang kosong gaess. Akhirnya kita cuma pesan rice bowl, mix gorengan yang terdiri dari sosis, kentang, onion ring, singkong dan ayam, kopi serta minuman coklat dan taro. Untung kita lagi woles nih, enggak buru buru, istirahat sembari nunggu hujan agak reda, jadi meskipun makanan datang sangat lama, kita tetap setia menunggu, heuheuheuheu.  Dan pas udah dateng, ternyata rasanya enak enak. Mantap







Share:

8 November 2021

De Tropen Jogja Kitchen : Tempat Makan Ramah Anak di Belakang Monjali


Huaaa akhirnya bisa jalan jalan ke Jogja lagi, meskipun harus menembus hujan lebat di tengah perjalanan. Maklum lah ya lagi musim penghujan. Kali ini tujuan kita adalah sebuah tempat makan yang ada playground-nya, aku pilih konsep tempat makan yang seperti ini biar anak anak enggak bosen lama lama nongkrong di tempat makan. Karena berdasar pengalaman seringkali pas nongkrong, anak anak tuh cepet bosen deh, kita belum puas nongkrong tapi mereka udah merengek minta pulang. Ada jurus pamungkasnya sih, yaitu ngasih hape buat nonton youtube atau nge-game, dijamin bakal anteng, tapi aku enggak mau anak jadi ketergantungan ama gadget.



Tempat ini bernama De Tropen Jogja Kitchen, lokasinya berada di Jalan Amerta Raya No 89b, Sinduadi, Mlati, Sleman, Jogja atau lebih mudahnya, berada di belakang komplek monumen Jogja Kembali (monjali), nah Jalan Amerta Raya ini ada di sebelah baratnya Monjali.

Resto ini tuh seperti nyempil diantara rumah rumah komplek gitu, jalan di depannya sempit dan parkiran untuk resto ini juga sempit, jadi kalau sudah full, mobil mobil akan parkir di tepian jalan, bahkan kemarin aku diarahkan parkir di depan gerbang rumah orang, pas aku tanya ke tukang parkirnya, katanya sih enggak apa apa, udah ijin gitu bilangnya, dan pas kulihat lagi rumah ini, oh ternyata rumah besar ini punya dua gerbang, jadi meski aku parkir di depan gerbang, penghuni bisa keluar masuk lewat gerbang satunya.



Siang ini lumayan rame karena memang lagi weekend, untungnya masih dapat tempat duduk. FYI malam sebelumnya kita udah coba hubungi resto ini lewat WA, nomor hapenya kudapat dari IG nya. Rencanya mau reservasi dulu, takutnya penuh, maklum lagi weekend, tapi kuurungkan karena kalau mau reservasi harus bayar DP 300 ribu, dan uang ini tidak bisa dikembalikan misalnya sisa. Jadi setidaknya kita harus makan dengan nominal total 300 ribu.




Ada beberapa pilihan tempat duduk, yang pertama di bagian depan, indoor dekat kasir, disini tema kayu kayu warna coklat, ada playground mini juga buat anak anak. Yang kedua semi indoor di bagian belakang, termasuk outdoor tapi masih ada atapnya, jadi enggak bakal khawatir kalau panas maupun hujan. Yang ketiga outdoor, semacam di halaman belakang rumah gitu, bisa pilih yang meja kursi, bean bag atau yang di tenda. Alhamdulilah kita dapat meja yang di semi outdoor, kita tenang karena pas dateng tuh suasana mendung gitu, takutnya tiba tiba ujan.

Menu yang disajikan lumayan beragam, ada menu lokal, ada menu ala ala bule, dan ada pula menu khusus anak alias Kids Menu.




Nama menu untuk anak anaknya lucu lucu ya, ini pas anak anak baca pasti jadi langsung tertarik, tapi juga bikin bingung, bingung mau pilih yang mana, enggak mungkin khan dipesen semua. 

Untuk harga, relatif mahal ya, itu pun belum termasuk pajak 10% dan service charge 5%, heuheuheu, kayak resto/cafe di Bali aja, ada service charge nya. Tapi its oke lah ya. Untung rasa makanan dan minumannya enak gaess, pelayanannya juga cepet. 

Mbak mbak dan mas masnya juga ramah dan perhatian lho. Saat kita dateng tuh area semi indoornya penuh, ada yang udah ditempati ada pula yang belum tapi udah di reservasi, kita disuruh duduk sementara dulu di tempat yg sudah direservasi, pesen pesen makanan, sembari menunggu meja sebelah pulang dan dibersihkan karena mereka sudah selesai makan. 

Aku juga sempet didatengin mas mas pegawai, menanyakan mengenai mobil yang parkir di depan rumah orang di sebelah, kirain ada apa gitu, ternyata beliau memberi tahu bahwa foglamp nya masih nyala, heuheuheu, aku lupa matiin gaess, jadi tadi pas di perjalanan tuh sempet hujan deres jadi aku nyalain foglamp, eh luma matiin, untung aja diingetin, jadi aki mobil enggak tekor.




Ricebowl sapinya enak banget, enggak sampai 10 menit, aku udah habisin itu makanan, mungkin karena laper juga ya. Burger di kids menunya juga juaraaa, anakku suka, aku pun sebenernya juga suka, heuheuheu, sempet icip icip dikit. Di minuman, ada menu margarita, aku sempet kaget sih, eh ternyata pakai soda, enggak pakai alkohol. Tapi penampilannya mirip sih, gelas yang digunakan sama tapi di bibir gelasnya bukan garam, melainkan gula

Overall tempat ini oke banget untuk makan makan bareng keluarga, terutama buat yang punya anak kecil, cuma perlu dicatat bahwa tempat parkirnya kurang luas dan harga makanannya agak mahal.



***

Peta Lokasi De Tropen Jogja

Share:

1 November 2021

Jembatan Semapop : Penghubung Pasar Umpet dan Pasar Tiban Purworejo


Jembatan Semapop, adalah sebuah jembatan gantung yang membentang sepanjang 70 meter di atas Sungai Bogowonto dan menghubungkan dua desa, yaitu Desa Popongan dan Desa Semawung, Purworejo. Sejak dibuka untuk umum beberapa waktu lalu, jembatan ini langsung viral, karena banyak warga yang foto foto disini dan posting di media sosial, hal ini diikuti para follower, dan menjadi semakin viral.

Dari ini muncullah sebuah pasar kaget, semacam pasar yang buka cuma hari minggu saja, namanya pasar umpet, dinamakan "umpet" karena lokasinya memang ngumpet di bawah kebon bambu, persis di sebelah barat Jembatan Semapop, masuk ke wilayah Desa Popongan. 



Pasar Umpet ini bisa dijangkau menggunakan roda dua maupun roda empat, sudah ada parkiran yang tersedia, akses dari Jalan Raya-nya yaitu lewat jalan masuk SMPN 26 Purworejo, lanjut terus ke arah timur, ikutin aja jalan tersebut.

Mirip mirip dengan pasar digital besutan Genpi (Generasi Pesona Indonesia), pasar umpet menyediakan berbagai kuliner tradisional setempat, seperti geblek, sego megono, sempol, getuk, sego kluban, klepon dll masih banyak lagi, pokoknya dijamin kenyang disini, dan harganya pun murah murah.



Tempatnya teduh di bawah pepohonan bambu, cuman sayangnya kurang adanya tempat duduk untuk makan, jadi kebanyakan pengunjung datang kesini beli untuk dibungkus, atau dimakan langsung sambil berdiri/jalan keliling. Selain itu kadang juga ada panggung hiburan, seperti pas kesana kemarin ada jatilan/jaran kepang.

Dengan masih memarkirkan kendaraan di area parkir pasar umpet, aku berjalan ke arah timur, mencoba menyeberang Jembatan Semapop dan menuju sebuah pasar lagi bernama Pasar Tiban.



Jembatan gantung ini berbahan utama dari besi, bahkan lantainya pun dari plat besi, aku yakin ini kokoh dan kuat sih, bahkan untuk lewat beberapa motor pun bisa, cuman goyang goyang banget rasanya, heuheuheu, seru plus deg degan. Di bagian atas udah ada lampu penerangan, tapi enggak tahu pas malam nyala atau enggak. Dari atas jembatan ini pemandangannya bagus deh, terlihat Sungai Bogowonto yang lagi mengering, karena sekarang memang lagi musim kemarau, mungkin nanti kalau udah musim penghujan, debit airnya bakal naik.

Di sisi timur bawah kulihat ada beberapa pemancing yang lagi nungguin umpan disambar ikan, ada pula yang duduk duduk nongkrong sambil makan, sedangkan di bagian bawah ujung timur jembatan terdapat beberapa warga yang ikut senam aerobik dengan satu instruktur wanita.





Di sebelah timur jembatan ini ada pasar juga, pasar ini muncul setelah tenarnya pasar umpet di sebelah barat jembatan. Intinya sama sebenernya , jualan makan dan minuman tradisional, selain itu ada juga yang jual mainan anak anak serta baju. Bedanya di sini lebih rame, lebih terbuka dan ada tempat duduknya di bagian tengah pasar, ini nilai plus nya sih. 

Cuman minusnya kalau kalian bawa kendaraan roda empat, susah untuk parkir langsung di pasar tiban ini. Saranku sih lebih baik parkir di parkiran pasar umpet lalu jalan kaki menyeberangi jembatan semapop menuju pasar tiban, karena jembatan besar yang bisa dilewati mobil lokasinya jauh banget, ada dua pilihan, yaitu lewat pertigaan Bagelen, atau lewat Pantok (patung WR Supratman) ke timur. Tapi kalau naik motor sih aman, motornya bisa lewat jembatan semapop.







***

Peta Lokasi Jembatan Semapop Purworejo

Share:

My Youtube Channel

Blog Archive